Laman

Rabu, 16 Januari 2013

masih kamu dan tak akan terganti


imgfave.com



lanjutan dari bertahan karenamu

Masih tak ada kemampuan dan tak ada kemauan untuk meninggalkanmu. Bayanganmu masih tertera jelas di setiap aliran darahku, di setiap detikku bernafas. Aku disini masih menunggu dengan atau tanpa bayangmu. Terlalu sulit jika aku harus meninggalkan dan menghapus perasaan yang sudah lama ku ukir. Aku masih akan mempertahankan perasaan ini, sebagaimana kamu mempertahankan rasamu terhadap wanita itu.

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Menunggu.”

“Sedangkal itukah otakmu hingga harus menunggu seseorang yang jelas-jelas telah menunggu wanita lain?”

“Bukan dangkal. Melainkan perasaan ini terlalu berharga untuk dihapus. Aku masih belum mampu berdiri tanpa dia.”

“Berdiri tanpa dia? Sampai kapanpun; kemarin, sekarang, atau nanti, kamu tetap berdiri dengan bayangannya. Bayangan! Bukan dia!”

Hening.


Tak akan ku biarkan cinta ini hilang karena angin, karena luka, karena waktu, dan karena alasan apapun. Aku mencintaimu tulus, mungkin melebihi ketulusanmu tehadap wanita itu. Ah! Kenapa selalu saja wanita itu yang terlintas di otakku?  Sebesar apa sebenarnya rasa sakitku? Atau bahkan rasa benciku terhadap wanita yang telah merebut mata, hati, dan pikiranmu?

Aku masih ingat kalimat yang kamu lontarkan pada salah satu teman kita “Aku akan sabar menunggu Vita walaupun aku belum berani mendekatinya, untuk saat ini.”

Detik itu juga sepertinya kebahagiaan malas menghampiriku. Bertubi-tubi kesengsaraan datang tanpa mau ditolak, tanpa mau dicegah agar tak menghampiri kembali. Sungguh  keras kepala kesengsaraan itu.

Kamu, sosok yang benar-benar memberikan kesegaran dalam cerita hidupku. Kamu benar-benar seperti senja yang mendamaikan dan menentramkan hati penikmatmu. Kamu benar-benar memikat hati dan otakku.

Aku tahu, kamu menunggu wanita beruntung itu sampai kamu benar-benar berani untuk mendekatinya, sampai wanita itu berhenti dengan lelakinya. Tak menjalin hubungan lagi dengan lelaki itu. Keyakinanku satu, sampai kapanpun kamu menunggu, tak akan ada yang tahu apa akhir dari ceritamu dan ceritaku. Entah tercapai atau tidak. Entah semesta mendukung atau tidak. Begitu juga denganku, tak ada yang tahu semesta menyetujui keputusanku untuk menunggumu atau tidak. Seharusnya aku pergi agar kesakitan tak selalu menggodaku, tapi aku benar-benar ingin memperjuangkan rasa yang sudah digariskan Tuhan.

Benar, aku akan lelah jika harus berdiri di tempat seperti ini. Sebaiknya aku berlari kecil untuk meninggalkanmu, namun masih belum ada kemauan kuat yang akan ku ciptakan. Aku terlalu mengharapkanmu. Sosok dewasa yang selalu ku rindukan. Aku sempat berpikir, selama kamu menunggu, itu adalah kesempatan emas untuk mendekatimu. Tapi, wanita sepertinya ditakdirkan untuk tak memulai lebih dahulu. Wanita ditakdirkan untuk menunggu, bukan memulai. Apakah lebih baik mengejar sesuatu yang belum jelas atau lebih baik memilih sesuatu yang jelas menyakitkan?

“Temukan orang lain.”

“Sudah ku katakan aku tak mau!”

“Kenapa? Kamu terlalu jatuh pada lubang terdalam.”

“Karena aku benar-benar mencintainya. Dia benar-benar membuatku merasa nyaman dengan hal-hal sederhana yang dia ciptakan.”

“Bagaimana dengan wanita itu?” Lanjutnya.

“Dia baik. Tapi dia begitu menyayangi lelaki yang sekarang selalu berada diotaknya.”

Senyum mengejek terlintas di bibirnya. “Siapa tahu sekarang berkata sayang tapi nantinya setelah didekati Hafiz dia akan berubah. Who knows. Secara Hafiz benar-benar bisa merenggut hati semua wanita.”

“Here I’m waiting.” Lanjutnya dengan desahan nafas panjang. Berat.

“Don’t wait for someone if it hurt your feelings. Seberapa besar aku mendukungmu agar kamu bangkit, tak akan ada artinya jika kamu tak ada niatan untuk berdiri dan berlari. Supportku akan sia-sia.”

Tuhan, izinkanku mengucap rasa dan kerinduan. Izinkanku untuk tetap menumbuhkan rasa ini, tapi bukan untuk merawat luka. Aku ingin dia. Aku masih mengharapnya walaupun dia mengharap wanita berkerudung itu. Aku yakin tak ada apapun yang mustahil, semoga Kau dan semesta mendukung keputusanku untuk menunggu. Ya, aku menunggu. Terserah orang lain mau berkata apa, karena aku benar-benar tulus mencintainya, seperti ketulusan siang yang menemani malam, seperti ketulusan anoda dan katoda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)