imgfave.com |
lanjutan dari bertahan karenamu
Masih tak
ada kemampuan dan tak ada kemauan untuk meninggalkanmu. Bayanganmu masih tertera
jelas di setiap aliran darahku, di setiap detikku bernafas. Aku disini masih
menunggu dengan atau tanpa bayangmu. Terlalu sulit jika aku harus meninggalkan
dan menghapus perasaan yang sudah lama ku ukir. Aku masih akan mempertahankan
perasaan ini, sebagaimana kamu mempertahankan rasamu terhadap wanita itu.
“Apa yang
akan kamu lakukan?”
“Menunggu.”
“Sedangkal
itukah otakmu hingga harus menunggu seseorang yang jelas-jelas telah menunggu
wanita lain?”
“Bukan
dangkal. Melainkan perasaan ini terlalu berharga untuk dihapus. Aku masih belum
mampu berdiri tanpa dia.”
“Berdiri
tanpa dia? Sampai kapanpun; kemarin, sekarang, atau nanti, kamu tetap berdiri dengan
bayangannya. Bayangan! Bukan dia!”
Hening.
Tak akan ku
biarkan cinta ini hilang karena angin, karena luka, karena waktu, dan karena
alasan apapun. Aku mencintaimu tulus, mungkin melebihi ketulusanmu tehadap
wanita itu. Ah! Kenapa selalu saja wanita itu yang terlintas di otakku? Sebesar apa sebenarnya rasa sakitku? Atau
bahkan rasa benciku terhadap wanita yang telah merebut mata, hati, dan
pikiranmu?
Aku masih
ingat kalimat yang kamu lontarkan pada salah satu teman kita “Aku akan sabar menunggu Vita
walaupun aku belum berani mendekatinya, untuk saat ini.”
Detik itu juga sepertinya
kebahagiaan malas menghampiriku. Bertubi-tubi kesengsaraan datang tanpa mau
ditolak, tanpa mau dicegah agar tak menghampiri kembali. Sungguh keras kepala kesengsaraan itu.
Kamu, sosok yang benar-benar
memberikan kesegaran dalam cerita hidupku. Kamu benar-benar seperti senja yang
mendamaikan dan menentramkan hati penikmatmu. Kamu benar-benar memikat hati dan
otakku.
Aku tahu, kamu menunggu wanita beruntung itu sampai kamu benar-benar berani untuk mendekatinya, sampai wanita itu berhenti dengan lelakinya. Tak menjalin hubungan lagi dengan lelaki itu. Keyakinanku satu, sampai kapanpun kamu menunggu, tak akan ada yang tahu apa akhir dari ceritamu dan ceritaku. Entah tercapai atau tidak. Entah semesta mendukung atau tidak. Begitu juga denganku, tak ada yang tahu semesta menyetujui keputusanku untuk menunggumu atau tidak. Seharusnya aku pergi agar kesakitan tak selalu menggodaku, tapi aku benar-benar ingin memperjuangkan rasa yang sudah digariskan Tuhan.
Benar, aku akan lelah jika
harus berdiri di tempat seperti ini. Sebaiknya aku berlari kecil untuk
meninggalkanmu, namun masih belum ada kemauan kuat yang akan ku ciptakan. Aku
terlalu mengharapkanmu. Sosok dewasa yang selalu ku rindukan. Aku sempat
berpikir, selama kamu menunggu, itu adalah kesempatan emas untuk mendekatimu.
Tapi, wanita sepertinya ditakdirkan untuk tak memulai lebih dahulu. Wanita
ditakdirkan untuk menunggu, bukan memulai. Apakah lebih baik mengejar sesuatu
yang belum jelas atau lebih baik memilih sesuatu yang jelas menyakitkan?
“Temukan orang lain.”
“Sudah ku katakan aku tak
mau!”
“Kenapa? Kamu terlalu jatuh
pada lubang terdalam.”
“Karena aku benar-benar
mencintainya. Dia benar-benar membuatku merasa nyaman dengan hal-hal sederhana
yang dia ciptakan.”
“Bagaimana dengan wanita itu?” Lanjutnya.
“Dia baik. Tapi dia begitu
menyayangi lelaki yang sekarang selalu berada diotaknya.”
Senyum mengejek terlintas di
bibirnya. “Siapa tahu sekarang berkata sayang tapi nantinya setelah didekati
Hafiz dia akan berubah. Who knows. Secara Hafiz benar-benar bisa merenggut hati
semua wanita.”
“Here I’m waiting.” Lanjutnya
dengan desahan nafas panjang. Berat.
“Don’t wait for someone if it
hurt your feelings. Seberapa besar aku mendukungmu agar kamu bangkit, tak akan ada
artinya jika kamu tak ada niatan untuk berdiri dan berlari. Supportku akan sia-sia.”
Tuhan, izinkanku mengucap
rasa dan kerinduan. Izinkanku untuk tetap menumbuhkan rasa ini, tapi bukan
untuk merawat luka. Aku ingin dia. Aku masih mengharapnya walaupun dia mengharap
wanita berkerudung itu. Aku yakin tak ada apapun yang mustahil, semoga Kau dan
semesta mendukung keputusanku untuk menunggu. Ya, aku menunggu. Terserah orang
lain mau berkata apa, karena aku benar-benar tulus mencintainya, seperti ketulusan
siang yang menemani malam, seperti ketulusan anoda dan katoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)