Laman

Kamis, 17 Januari 2013

ketulusanku untuk menanti




Sungguh aku tak mengerti dengan pola pikirmu. Aku memang tak mau berbesar hati dan berbangga diri terlebih dulu, namun inilah yang terjadi pada cerita kehidupanku.

Kamu datang. Sepotong pesan singkat kala sore itu. Esoknya di jam yang hampir sama, kamu menghubungiku. Namun saat itu aku tak tahu sebenarnya siapa kamu. Dari sana kita berkenalan. 

Entah dengan cara apa, dalam waktu singkat kamu dapat mengalihkan duniaku, kamu dapat mengalihkan waktuku hanya untuk sekedar mengirimkan dan menerima pesan singkat. Sesederhanakah itu hal yang bernama cinta?

Aku tak ingin gagal lagi. Maaf, sepertinya bukan gagal, melainkan berhenti dalam berproses. Aku berusaha mengejar suatu ketidakpastian, sebab yang pasti hanya satu, kematian. Aku berusaha mengejar dan terus mengejar namun tetap dengan batas kewajaran.

Kamu, sederhana dengan berbagai perhatian yang kamu berikan. Wanita manapun pasti akan merasa dihargai saat ada seseorang yang memberikan perhatian sekecil apapun secara tulus. Termasuk berbagai hal kecil yang kamu berikan untukku. Benar-benar aku hargai, benar-benar ku berikan apresiasi, untukmu.


Beberapa hari ini, kamu bukanlah kamu. Ada sosok lain disana. Siapa kamu sebenarnya? Apakah orang lain? Aku benar-benar tak mengerti dengan pola pikirmu saat ini. Aku mendekat, aku menanyakan keadaanmu. Tapi kamu malah diam, bahkan kamu berlari sekuat yang kamu bisa. Bukan aku jika menyerah begitu saja pada keadaan. Kamu berlari dan aku terus mengejar. Aku khawatir terhadap keadaanmu. Berkali-kali ku lakukan tapi sama sekali tak ada hasil yang ku dapat. Kamu tetap saja berlari dan berlari. Menjauh. Hingga aku benar-benar kehabisan akal.

Memendam. Hanya hal kecil namun menyesakkan yang bisa ku lakukan. Aku seperti ini, mungkin kamu tak akan tahu. Aku seperti ini mungkin kamu tak akan menggubris, kamu tak akan peka, dan kamu akan berlari. Masa bodoh dengan berbagai hal yang kamu lakukan untukku, karena inginku satu, kamu dalam keadaan baik-baik saja disana.

Sepotong tulisan kecil, entah kamu baca atau tidak. Atau (mungkin) kamu akan memuntahkannya setelah kamu membaca tulisan tak berharga ini. Aku menantikanmu yang dulu, merindukanmu yang kemarin.


Aku, yang merindukanmu.
Aku, yang mulai nyaman dengan kehidupanmu.



picture by imgfave.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)