Sungguh
aku tak mengerti dengan pola pikirmu. Aku memang tak mau berbesar hati dan
berbangga diri terlebih dulu, namun inilah yang terjadi pada cerita
kehidupanku.
Kamu
datang. Sepotong pesan singkat kala sore itu. Esoknya di jam yang hampir sama,
kamu menghubungiku. Namun saat itu aku tak tahu sebenarnya siapa kamu. Dari sana
kita berkenalan.
Entah
dengan cara apa, dalam waktu singkat kamu dapat mengalihkan duniaku, kamu dapat
mengalihkan waktuku hanya untuk sekedar mengirimkan dan menerima pesan singkat.
Sesederhanakah itu hal yang bernama cinta?
Aku tak
ingin gagal lagi. Maaf, sepertinya bukan gagal, melainkan berhenti dalam
berproses. Aku berusaha mengejar suatu ketidakpastian, sebab yang pasti hanya
satu, kematian. Aku berusaha mengejar dan terus mengejar namun tetap dengan
batas kewajaran.
Kamu,
sederhana dengan berbagai perhatian yang kamu berikan. Wanita manapun pasti
akan merasa dihargai saat ada seseorang yang memberikan perhatian sekecil
apapun secara tulus. Termasuk berbagai hal kecil yang kamu berikan untukku. Benar-benar
aku hargai, benar-benar ku berikan apresiasi, untukmu.
Beberapa
hari ini, kamu bukanlah kamu. Ada sosok lain disana. Siapa kamu sebenarnya? Apakah
orang lain? Aku benar-benar tak mengerti dengan pola pikirmu saat ini. Aku
mendekat, aku menanyakan keadaanmu. Tapi kamu malah diam, bahkan kamu berlari
sekuat yang kamu bisa. Bukan aku jika menyerah begitu saja pada keadaan. Kamu berlari
dan aku terus mengejar. Aku khawatir terhadap keadaanmu. Berkali-kali ku
lakukan tapi sama sekali tak ada hasil yang ku dapat. Kamu tetap saja berlari
dan berlari. Menjauh. Hingga aku benar-benar kehabisan akal.
Memendam.
Hanya hal kecil namun menyesakkan yang bisa ku lakukan. Aku seperti ini,
mungkin kamu tak akan tahu. Aku seperti ini mungkin kamu tak akan menggubris,
kamu tak akan peka, dan kamu akan berlari. Masa bodoh dengan berbagai hal yang
kamu lakukan untukku, karena inginku satu, kamu dalam keadaan baik-baik saja
disana.
Sepotong
tulisan kecil, entah kamu baca atau tidak. Atau (mungkin) kamu akan
memuntahkannya setelah kamu membaca tulisan tak berharga ini. Aku menantikanmu
yang dulu, merindukanmu yang kemarin.
Aku, yang merindukanmu.
Aku, yang mulai nyaman dengan kehidupanmu.
picture by imgfave.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)