Laman

Kamis, 07 Februari 2013

sin cos tan


imgfave.com

Saat kamu bergerak diantara puluhan orang, dengan mudah saya dapat mengenali kamu. Mata saya selalu tertarik ke arahmu. Menginginkan untuk menatapmu. Padahal, baru pertama kali semesta mempertemukan kita. Semudah itukah saya mengenali kamu dalam jarak yang sedemikian jauhnya? Tak hanya dari kejauhan tetapi juga diantara kegelapan dan keramaian. Setiap gerakan kecil yang kamu ciptakan adalah magnet untuk saya. Tarik-menarik.

Saya selalu merindukan senyumanmu. Senyumanmu adalah obat saat saya merasa sakit. Adalah kekuatan magis yang dapat membangkitkan semangat saya. Adalah keramaian saat saya merasa sepi. Adalah senja, menenangkan. Adalah angin yang dapat membuat saya merasa nyaman. Sebuah kesejukan. Begitu berarti. Senyuman. Hanya hal sederhana, hal kecil yang dapat dilakukan semua orang namun dapat berharga untuk orang lain. Seperti senyumanmu untuk penikmatnya. Dan saya adalah adalah salah satu dari mereka.



Kamu, bagaikan tetesan hujan yang mendatangkan kesejukan bagi bumi. Menghapus harapan palsu yang sulit tercipta. Mendamaikan hati yang sedang pilu. Menyembuhkan luka yang sudah lama terendapkan di hati.

Sekitar dua tahun kita saling mengenal. Dan dua tahun pula kita belum saling menyapa secara langsung. Namun saya tetap bersyukur karena setidaknya Tuhan menggariskan kita dalam sebuah percakapan di ‘dunia lain’ dan menggariskan kita dalam sebuah pertemuan, petang itu. Sayangnya disana juga masih belum tercipta sebuah sapaan, untuk kamu dari saya ataupun untuk saya dari kamu.

Tahukah kamu, saya memperhatikan kamu dari jauh. Apa kamu melakukan hal serupa untuk saya?

Inikah cinta?

Saya selalu menanti moment yang diciptakan Tuhan. Saya menyukai kejutan dari Tuhan. Kejutan dari-Nya tak mungkin bisa ditebak. Saya ingin memenangkan hatimu walau belum terealisasi untuk saat ini. Dan pertanyaan yang selalu ada dalam pikiran saya adalah “Apakah saya bisa?”. Saya harus bisa! Harus!

Kamu memang tak memberikan saya sebuah pengharapan. Namun saya menantikan itu. Sebentar. Mungkin lebih tepatnya saya menantikan sebuah keajaiban, yang dapat mempertemukan kita, yang dapat menegur kita.

Pertanyaan saya berikutnya, yang saya tujukan untuk diri saya. “Apa yang harus saya lakukan?”. Apalagi jika bukan menanti? Ya, saya hanya bisa menanti. Menanti kamu dan juga keajaiban. Serta menanti kejutan dari-Nya.

Saya tak ingin membagi penantian ini. Seperti tan yang didapat dari pembagian antara sin dan cos. Bukan. Bukan itu. Saya tak ingin seperti mereka. Saya hanya ingin menjadi tan sejati, sin sejati, atau cos sejati. Sesederhana itu. Saya hanya ingin membuat penantian yang sederhana. Dengan begitu saya tak akan menyakiti diri saya atau tak membuat orang terdekat saya merasa khawatir.

Sebuah penantian yang sangat ingin saya nikmati sendiri. Dengan begitu saya dapat mengenangmu jauh lebih dalam dan jauh lebih lama dari semula. Saya menikmati keadaan seperti ini.

Buka mata kamu. Saya memperhatikanmu dari jauh. Tanpa kamu ketahui.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)