Dua tahun yang lalu perasaan itu
muncul. Saya menciptakan keberanian untuk memiliki rasa terhadap hatinya.
Keputusan terberat sebab ternyata kita berbeda.
Entah saya bodoh atau memang saya
sudah tak memiliki pikiran yang logis sehingga memilih jalan itu. Jalan dimana
saya memilih untuk mendekati dia. Dia membawa semua hal yang saya inginkan.
Tawanya bagaikan nyawa untuk saya. Sedihnya bagaikan pelajaran kehidupan untuk
saya. Celotehannya bagaikan lukisan indah yang tak akan pernah hilang. Semua
begitu sempurna.
Namun ada satu hal yang masih dan
akan terus mengganjal. Niat untuk menaruh hati terhadap dia sepertinya masih
belum sempurna. Belum sepenuhnya. Terbukti dengan adanya berbagai pemikiran yang
muncul. Terutama perihal keyakinan kita. Keyakinan yang tak pernah sama. Begitu
berat dan menyesakkan.
Sekarang dia memang sudah kembali.
Namun yang kembali bukanlah dia yang dulu. Dia, dia yang baru, yang masih
memiliki sedikit kesamaan dengan yang lalu. Celotehannya. Kejahilan yang selalu
saja dia ciptakan.
Kerinduan ini masih merayap,
menggerogoti tulang-tulang, membuat saya lelah. Sampai saat ini kerinduan masih
menjadi musuh nyata dalam diri saya. Sebuah pengharapan juga masih tercipta
walau saya sudah berusaha untuk mengenyahkannya. Begitu keras kepala kah
pengharapan tersebut? Kerinduan tersebut? Saya lelah dengan hal-hal ini. Saya
sudah tak ada ketertarikan dengan kerinduan. Sebab kerinduan masih membuat saya
sakit, bukan bahagia selayaknya kerinduan yang dirasakan oleh kebanyakan orang.
Terlambat. Semua sudah berlalu.
Keputusan yang saya ambil ternyata menyakiti diri sendiri. Meninggalkan luka,
menghilangkan kerinduan, menciptakan kepergian. Hati sangat berat menerima kehilangan,
menerima kepergiannya.
Tegarkan saya yang sampai saat ini kadang
merindumu. Bantu saya untuk menghapus bayanganmu. Bantu saya menghapus jejakmu,
menghapus lukisan indah yang sudah kamu goreskan, menghapus kenyataan yang
sudah kita ciptakan. Saya menyerah dengan keadaan. Tolong buat saya berdiri
kembali. Saya tak mampu melakukannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)