Laman

Minggu, 17 Februari 2013

Kekosongan

Kekosongan adalah suatu hal yang sangat dibenci oleh sebagian orang, bahkan mungkin untuk kebanyakan orang. Kekosongan sangat identik dengan kesendirian, dengan sebuah kesepian. Tak ada kesenangan dan juga tak ada tangisan. Semuanya bagaikan jalan lurus yang tak akan menemukan jalur lain, tikungan, dan yang lainnya. Membosankan.

Dua tahun yang lalu perasaan itu muncul. Saya menciptakan keberanian untuk memiliki rasa terhadap hatinya. Keputusan terberat sebab ternyata kita berbeda.

Entah saya bodoh atau memang saya sudah tak memiliki pikiran yang logis sehingga memilih jalan itu. Jalan dimana saya memilih untuk mendekati dia. Dia membawa semua hal yang saya inginkan. Tawanya bagaikan nyawa untuk saya. Sedihnya bagaikan pelajaran kehidupan untuk saya. Celotehannya bagaikan lukisan indah yang tak akan pernah hilang. Semua begitu sempurna.
Namun ada satu hal yang masih dan akan terus mengganjal. Niat untuk menaruh hati terhadap dia sepertinya masih belum sempurna. Belum sepenuhnya. Terbukti dengan adanya berbagai pemikiran yang muncul. Terutama perihal keyakinan kita. Keyakinan yang tak pernah sama. Begitu berat dan menyesakkan.

Sampai suatu ketika, keadaan merusak segala cerita sederhana namun indah yang sudah tertulis. Dia pergi begitu saja tanpa alasan. Dan tololnya saat itu saya masih percaya bahwa dia akan kembali. Suatu saat nanti.

Sekarang dia memang sudah kembali. Namun yang kembali bukanlah dia yang dulu. Dia, dia yang baru, yang masih memiliki sedikit kesamaan dengan yang lalu. Celotehannya. Kejahilan yang selalu saja dia ciptakan.

Kerinduan ini masih merayap, menggerogoti tulang-tulang, membuat saya lelah. Sampai saat ini kerinduan masih menjadi musuh nyata dalam diri saya. Sebuah pengharapan juga masih tercipta walau saya sudah berusaha untuk mengenyahkannya. Begitu keras kepala kah pengharapan tersebut? Kerinduan tersebut? Saya lelah dengan hal-hal ini. Saya sudah tak ada ketertarikan dengan kerinduan. Sebab kerinduan masih membuat saya sakit, bukan bahagia selayaknya kerinduan yang dirasakan oleh kebanyakan orang.

Terlambat. Semua sudah berlalu. Keputusan yang saya ambil ternyata menyakiti diri sendiri. Meninggalkan luka, menghilangkan kerinduan, menciptakan kepergian. Hati sangat berat menerima kehilangan, menerima kepergiannya.

Tegarkan saya yang sampai saat ini kadang merindumu. Bantu saya untuk menghapus bayanganmu. Bantu saya menghapus jejakmu, menghapus lukisan indah yang sudah kamu goreskan, menghapus kenyataan yang sudah kita ciptakan. Saya menyerah dengan keadaan. Tolong buat saya berdiri kembali. Saya tak mampu melakukannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)