Laman

Selasa, 23 Juli 2013

Dentingan Melodi Senja

Menatap lembayung di langit Bali
Dan kusadari betapa berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak terbatas
Bebas berandai memulang waktu

Sebait lagu diiringi petikan gitar mengalun pelan namun dalam. Terlintas potongan-potongan kenangan lalu bersamanya. Sepertinya potongan kenangan itu menjelma menjadi kenangan abadi yang tak mau terhapus tanpa catatan. Bayangnya begitu nyata tapi tak dapat tersentuh. Mampu untuk diingat tapi sangat sulit untuk dihapus.

Senja. Ya, namanya Senja. Gitar yang saat ini kumainkan adalah pelengkap hidupnya. Senja begitu menyukai musik. Karenanya, aku menyukai musik. Menjadikan musik sebagai pelengkap hidup, sepertinya. Karenanya juga aku bisa menciptakan melodi lembut namun dalam dengan petikan-petikan gitarku.

3 tahun sudah kamu pergi karena tragedi di panggung musik itu. Kenapa kamu harus pergi di tempat yang sangat kamu cintai? Kenapa kamu harus pergi dengan hal-hal yang membuatmu hidup? Panggung, musik, dan gitar. Mereka mengantarkamu pulang. Haruskah aku bahagia? Atau haruskah aku menjadi pilu?

Sungguh, aku masih mengharapkan kamu untuk kembali. Menatap senja dengan alunan musik yang sengaja kamu ciptakan untukku.  Aku masih ingin hidup bersama alunan musikmu. Aku masih ingin berdampingan melihat senja bersamamu, Senja. Aku masih ingin berjalan bersama pelukanmu. Aku begitu merindunya. Begitu mencintai dan mengasihaninya. Karena kamu begitu indah, Senja.

Bisakah kamu kembali dan menemani hari-hariku agar tak berteman sepi lagi?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)