Menatap lembayung di
langit Bali
Dan kusadari betapa
berharga kenanganmu
Di kala jiwaku tak
terbatas
Bebas berandai
memulang waktu
Sebait lagu diiringi petikan gitar mengalun pelan namun
dalam. Terlintas potongan-potongan kenangan lalu bersamanya. Sepertinya potongan
kenangan itu menjelma menjadi kenangan abadi yang tak mau terhapus tanpa
catatan. Bayangnya begitu nyata tapi tak dapat tersentuh. Mampu untuk diingat
tapi sangat sulit untuk dihapus.
Senja. Ya, namanya Senja. Gitar yang saat ini kumainkan
adalah pelengkap hidupnya. Senja begitu menyukai musik. Karenanya, aku menyukai
musik. Menjadikan musik sebagai pelengkap hidup, sepertinya. Karenanya juga aku
bisa menciptakan melodi lembut namun dalam dengan petikan-petikan gitarku.
3 tahun sudah kamu pergi karena tragedi di panggung musik
itu. Kenapa kamu harus pergi di tempat yang sangat kamu cintai? Kenapa kamu
harus pergi dengan hal-hal yang membuatmu hidup? Panggung, musik, dan gitar. Mereka
mengantarkamu pulang. Haruskah aku bahagia? Atau haruskah aku menjadi pilu?
Sungguh, aku masih mengharapkan
kamu untuk kembali. Menatap senja dengan alunan musik yang sengaja kamu
ciptakan untukku. Aku masih ingin hidup
bersama alunan musikmu. Aku masih ingin berdampingan melihat senja bersamamu,
Senja. Aku masih ingin berjalan bersama pelukanmu. Aku begitu merindunya. Begitu
mencintai dan mengasihaninya. Karena kamu begitu indah, Senja.
Bisakah kamu kembali
dan menemani hari-hariku agar tak berteman sepi lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)