Laman

Sabtu, 15 September 2012

untaian do'a


Tik…
Tik…
Tik…
Bunyi hujan menghiasi tempat berteduhku. Jika hujan terjadi saat malam seperti ini, hal terindah yang dapat dilakukan adalah bermimpi di atas tempat tidur. Tempat paling nyaman.
Aku masih ingat, beberapa bulan yang lalu kau membawa harapan kecil namun sangat indah dan berharga. Kau menyembuhkan sakit yang kurasa. Luka yang sudah lama tak bisa terobati. Kau datang dan mengobatiku dengan keikhlasanamu.
Tuhan memang baik denganku. Tuhan memang selalu adil terhadap umatNya. Disaat aku sudah lelah mengharapkan seseorang, kau datang. Datang atas perintah Tuhan. Datang dengan do’a, keihklasan, perhatian, dan semuanya yang sangat ku butuhkan.
Ternyata aku makin cinta
Cinta sama kamu
Hanya kamu seorang kasihku
Tak mau yang lain
Hanya sama kamu
Kamu yang terakhir yang ku cinta

Aku makin cinta dari Vina Panduwinata mengalun mesra di laptopku. Aku mulai berkhayal. Andai saja suatu saat nanti aku bisa menghabiskan waktu denganmu.
Tuhan, terimakasih atas segalanya yang telah Kau berikan. Maaf jika hamba kurang bersyukur. Jaga dia Tuhan karena selama ini dia sudah menjaga hamba dengan baik. Amin.
-o-o-o-
“Hei Fir, sori ya telat. Abis nganterin adek ku ke club nih. Udah lama ya?”
“Gapapa kok, Ris. Asik aja, toh baru 15 menit.”
 “Nah tuh udah lama. Sori banget ya. Yauda kalo gitu kemana enaknya sekarang?” Tanyanya dengan menghapus keringat yang muncul diantara wajah manisnya.
“Jalan-jalan ke Suramadu aja yuk. Kangen sama anginnya sana. Sekalian nanti ke pantai juga.” Pintaku dengan penuh harap.
“Ntar kalo jatuh gimana? Kan anginnya kenceng banget tuh, Fir.”
“Yah jangan dong. Aku kan maunya jatuh ke pelukan kamu.” Jawabku dengan keisengan yang sengaja ku timbulkan.
“Oke dear. Let’s go. Pegangan ya.” Aku segera naik ke motor Vixion merah miliknya.
-o-o-o-
Tuhan, terimakasih Kau mendekatkan hamba dengannya. Jagalah dia sebaik mungkin Tuhan. Jika kelak hamba pergi ke surgaMu semoga dia tak akan pernah menyesal karena telah menghabiskan hari-harinya dengan hamba. Amin.
            “Yuris, kenapa sih kamu mau temenan sama aku?” Tanyaku di sela-sela makan siang di kantin kampus.
“Kamu tuh ya, pertanyaannya yang berkualitas dikit dong. Kalo pertanyaannya kayak gitu sih gak perlu dijawab, Fir.”
“Lho, kenapa?”
            “Karena kalo aku punya beberapa alasan dan ternyata alasan itu hilang, aku takut bakal gak bisa nerima kamu apa adanya.”
            Tuhan, pantaskah hamba menerima rizkiMu yang tiada henti ini? Mengapa ada seseorang yang sangat baik terhadap hamba jika hamba tak mampu untuk membalasnya Tuhan? Semoga dia memang ikhlas berteman dengan hamba dan bukan karena hamba seperti ini. Amin.
            “Firda, kok malah diem? Kamu akhir-akhir ini kok sering nglamun? Apa lagi ada masalah?”
Ya Tuhan, perhatian banget anak ini. benar kata orang-orang di luar sana. Bahagia itu emang sederhana banget. Apalagi kalau kita selalu bersyukur. Keindahan itu akan berlipat-lipat.
“Aku gak nglamun kok. Aku cuma berkhayal. Abis asik sih berkhayal itu. Seakan-akan semua yang kita pengen jadi realita. Isinya cuma kebahagiaan.”
“Sama aja Fir. Emang kamu berkhayal apa sih? Berkhayal andai aja aku jadi cowokmu ya?”
“PD banget kamu jadi orang. Hahahha.”
Dan ternyata cintalah yang dapat menguatkanku sampai detik ini. Dokter mengatakan bahwa umurku tak akan lama lagi. Prediksinya menyatakan seharusnya aku sudah menutup mata 7 hari yang lalu. Vertigo yang sudah lama menjadi bagian dari tubuhku ternyata sampai saat ini masih dapat bersahabat walau mungkin tak lama. Walau mungkin tak kan lama, bagiku itu sudah cukup. Nikmat dari Tuhan sungguh luar biasa.
-o-o-o-
            “Bu, rasanya Firda udah gak kuat. Kalau mungkin suatu saat nanti Firda tiba-tiba pergi, tolong kasih buku ini ke Yuris ya.” Ucapku dengan memberikan buku kesayanganku berwarna ungu. Buku itu sudah menjadi bagian dari hidupku.
“Sayang, kamu jangan ngomong seperti itu. Ibu yakin kamu bisa sembuh. Berusahalah sayang. Jangan mau kalah sama penyakit. Anggap dia jadi temanmu bukan sebagai musuhmu.” Ucapnya dengan berusaha tegar.
            Dia sudah ku anggap sebagai teman baru di  tubuhku. Dia sudah menjadi bagian dari tubuhku. Tapi rupanya dia berontak di dalam sana. Dia tak ingin menjadi temanku lagi. Mungkin karena obat yang ku konsumsi mengganggu ketenangannya.
            Aku harus mensyukuri semua nikmat yang sudah diberikan Tuhan. Walau mungkin penyakitlah yang diberikan, mungkin itu yang terbaik untukku. Aku harus semangat, ikhlas, dan selalu berdo’a agar Tuhan memberikan kebahagiaan yang lebih. Positif thinking juga sangat dibutuhkan.  Simple tapi susah untuk dijalankan. Dan satu yang selalu ku percaya, semua pasti ada hikmahnya. Ada suatu rahasia di balik sebuah rahasia.
Tuhan, semoga tak ada orang yang menangisi hamba di saat hamba nanti sudah tiada. Berikan yang terbaik untuk hamba, orangtua, dan orang-orang yang ada di sekitar hamba. Hamba titipkan mereka kepadaMu. Jaga mereka Tuhan. Sayangi mereka yang menyayangi hamba dengan keikhlasanMu. Amin.
-o-o-o-
“Firda kemana ya? Udah seminggu gak keliatan di kampus.” Tanyanya pada diri sendiri.
Akhirnya Yuris memutuskan untuk duduk-duduk menikmati udara pagi di depan gedung D4 Teknik Telekomunikasi. Sambil menikmati hembusan kedamaian dari sang Kuasa dia membuka tas yang sejak tadi dia bawa. Disana ada sesuatu yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Rasa ingin tahu yang besar dari dalam dirinya muncul begitu saja.
“Apa ini?” Dia mulai membuka buku berwarna ungu tersebut. Harum.
Tuhan, Kau terlalu baik pada hamba. Kau mempertemukan hamba dengan orang yang sangat tepat. Dia dapat membuat hamba tersenyum kembali. Perlahan semua masalah yang hamba rasakan juga menguap begitu saja. Tuhan, tahukah Kau bahwa sekarang hamba bisa menikmati hidup selayaknya umatMu yang lain? Hamba bisa seperti mereka sejak dia datang. Yuris. Jaga dia, muliakanlah hidupnya, dan semoga dia bisa mendapatkan kebahagiaan yang selayaknya. Amin. -12.07.11-
Sreett…
Sreett…
Sreett…
Tuhan, hari ini hamba bahagia sekali. Hamba dapat menikmati indahnya duniaMu, indahnya ciptaanMu, bersamanya. Setelah Kau memberikan teman baru untuk hamba, tak pernah hamba sebahagia ini Tuhan. Ini rizkiMu yang sungguh luar biasa. Hanya puji syukurlah yang dapat hamba persembahkan kepadaMu Tuhan. Sejak dia datang, semangat dalam diri hamba menjadi berlipat ganda. Terlebih lagi saat dia bisa membuat hamba tersenyum dan tertawa. -20.07.11-

Tuhan, mengapa Kau mendatangkan pada hamba seseorang sepertinya jika hamba tak dapat membalas semua kebaikan yang sudah dia berikan? Andai umur hamba melebihi yang sudah Kau gariskan, pastinya hamba akan membalas kebaikannya. Hamba tak berharap banyak Tuhan, jika memang dia bukan untuk hamba, itu bukan masalah besar. Sekecil apapun kebahagiaan yang Kau berikan melalui dia sudah lebih dari cukup. Tapi hamba juga ingin membalas semua hal yang sudah dia lakukan untuk hamba. Bantu hamba membuatnya tersenyumdan bahagia  sebelum kami berpisah Tuhan. -29.07.11-
Tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Kedatangmu membawa kebahagiaan untukku. Kebahagiaan, tawa, dan senyuman yang selama ini perlahan mulai menghilang dari hidupku. Kekosongan yang telah lama menggerogoti jiwa perlahan menemukan sesuatu yang dapat mengisi jiwa. Entah apa yang harus kupersembahkan padaNya atas semua ini. Aku hanya ingin membahagiakannya sebagaimana dia membahagiakanku. -11.08.11-
“Fir, kamu kemana? Kenapa kamu gak pernah muncul lagi di hadapanku? Dan apa maksud semua tulisan ini?”
Halaman terakhir sudah ada di depan mata. Tapi indera penglihatannya tak mau bekerja dengan baik. Ada tetesan yang muncul dari mata elang itu. Pemiliknya tak dapat menyembunyikan kesedihan yang mendera. Semoga cerita ini berakhir bahagia. Batinnya.
Terimakasih selama ini kau sudah membuatku tersenyum dan tertawa. Tanpamu mungkin aku tak akan bertahan selama ini. Semoga kamu tak akan pernah menyesal karena sudah memberikan sedikit waktumu untuk kebahagiaanku. Tahukah kamu seinci kenangan yang sudah kau buat sangat melekat di hati dan otakku. Kenangan yang membuatku bahagia dan sangat bersyukur walau Tuhan tak memberikan apa yang ku minta. Aku yakin Tuhan sangat baik terhadap umatNya terlebih jika kita sangat menghargai agamanNya. Aku tak akan marah pada Tuhan. Justru aku sangat bersyukur karena sudah mempertemukanku denganmu walau hanya sepersekian detik dari hidupku. Percayalah Tuhan akan selalu menjagamu. Jangan pernah merasa kehilangan atas kepergianku karena aku ada di tempat terindahmu. Tataplah dunia yang sudah ada di depanmu. Raih semua impian yang kau inginkan. Bahagiakan orang-orang yang ada disekitarmu seperti kau membahagiakanku. Maaf aku belum sempat membuatmu tersenyum. Ketahuilah kau anugerah terindah yang diberikan Tuhan untukku. Selamat tinggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)