Laman

Senin, 09 Februari 2015

Kepada Dia Yang Telah Berjalan Jauh



Hai.

Ah, begitu sulitnya menyapamu dengan kalimat yang panjang. Lagi-lagi sekadar “hai”. Mungkin ada kesalahan pada mulut, lidah, tenggorokan atau apalah itu. Rasanya mereka tak mau berdamai untuk membahagiakan pemiliknya. Sepertinya mereka sedang beradu satu sama lain dan ketiganya tak mau mengalah. Lupakanlah itu. Aku hanya ingin bercerita kepada kamu, Tuan penyuka warna hitam.

Tuan yang suka bermain futsal, ternyata begitu lama aku tak menulis tentangmu. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan. Mmm, sepertinya lebih dari itu. Jika kuhitung-hitung lagi ternyata sekitar 7 bulan. Begitu lama, Tuan. Entah apa saja yang membuatku lupa dan berjalan sedemikian rupa.

Tuan yang sedang suka naik gunung,  lihatlah. Tak ada lagi hujan yang turun di pagi, siang, bahkan malam hari. Tak ada lagi geledek yang membuat telinga serasa hancur ditengah panasnya hawa Surabaya. Semua itu tak ada lagi, Tuan.

Sebagaimana berjalan mencapai tujuan, aku mampu melakukannya dengan baik. Walau terkadang harus ada sesuatu yang membantuku berjalan. Walau terkadang aku harus jatuh lalu kemudian bangkit lagi. Jatuh, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi. Terus seperti itu hingga aku mampu berjalan agak lama dari sebelumnya. Aku melakukan itu, Tuan penggila Juventus. Melakukan hal yang seharusnya kulakukan denganmu. Tapi aku tahu, tak ada lagi kamu yang membantuku berjalan di bawah siraman hangat matahari pagi maupun senja yang terkadang mengiris hati.

Aku tak mau munafik, Tuan. Kaki terkilir pernah kurasakan. Tapi kemudian aku berjalan lagi sembari mengobati. Mengingat kamu mampu berjalan dengan baik tanpa terjatuh sekalipun. Aku tak mau kalah begitu saja denganmu.

Begitulah ceritaku, Tuan yang pandai bermain gitar.

Ah, sebentar. Satu lagi. Aku hanya ingin mengucapkan apa-apa yang mungkin tak terucap hari kemarin. Apa-apa yang tak tersampaikan kepada kamu secara langsung maupun tak langsung. Terima kasih untuk waktu sekian bulannya. Walau sebentar tapi begitu berarti. Walau sebentar tapi aku masih bisa mengenangnya dengan waktu yang tak sebentar. Terima kasih untuk setiap kenangan yang kamu berikan. Pada setiap barisan kota di Jawa Timur, pada barisan kota besar di pulau Jawa, pada setiap sapa pagimu yang membuat semangatku melepuh untuk menjalani hari. Aku memang tak sempurna, maafkan ketidaksempurnaanku ketika bersamamu dulu. Terima kasih untuk dentingan jam yang kamu berikan untuk orang yang tak sempurna mengertimu, sepertiku.

Selamat menjalani harimu, Tuan.
Semoga lebih manis dari apa yang pernah kita rasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)