Lagi-lagi malam membangkitkan
temu untuk kita melalui seulas surat yang entah sampai kepadamu atau tidak.
Kamu membaca atau tidak, yang terpenting saya mengabadikan ini. Mengabadikan
rindu pada deretan kata yang semoga sedikit menyembuhkan selain sujud yang saya
tunaikan dengan menyematkan namamu.
Bagaimana kabarmu, Tuan? Maaf,
selalu pertanyaan itu yang terlintas dan memenuhi kepala saya. Saya hanya ingin
memastikan kamu baik-baik saja. Masih menjalani hari dengan berkeliling dari
satu kota ke kota lain untuk menyelesaikan pekerjaan yang katamu berat itu.
Tuan, berat atau tidak pekerjaanmu, saya yakin kamu mampu melewati semua ini
dengan baik. Saya yakin kamu mampu menggenapkan keganjilan yang kerap memenuhi
setiap inci otakmu. Saya yakin itu, Tuan.
Sudah membaca surat yang saya
tulis sebelum ini? Belum? Ah, bacalah terlebih dulu, Tuan. Sebab ini seperti
fragmen yang sengaja saya buat untuk membekukanmu. Takutnya ketika kamu membaca
ini, kamu tak memahaminya.
Saya mengagumimu seperti yang
pernah saya tulis sebelumnya. Menghangatkan, sopan, bersahaja, dan sabar. Tapi
ternyata ada banyak hal yang belum saya tulis ketika itu. Ada banyak lekukan
kekosongan yang belum saya penuhi. Dan malam ini, saya ingin memenuhi semua
itu. Berharap keganjilan yang ada menjadi genap. Utuh. Menjadi satu. Tak
terpisah-pisah.