Laman

Selasa, 04 Juni 2013

Menepi Untuk Berjalan Kembali

Memilih satu dari sekian banyak pilihan bukanlah perkara mudah. Berbagai pertimbangan harus dipikirkan dengan baik jika tak ingin terjadi suatu keburukan yang tak diinginkan.

Tak terkecuali menjatuhkan pilihanku ke kamu. Aku harus berpikir matang terlebih dahulu sebelum akhirnya mulai membangun perasaan yang begitu besar terhadapmu. Aku harus menempuh proses yang sangat panjang. Menjadikan semua proses itu bagian dari semua perjalananku.

Dalam suatu proses tak selalu ada hal yang menyenangkan, tetapi ada juga berbagai hal yang sangat tak kita inginkan muncul begitu saja tanpa mau permisi terlebih dahulu. Sampai saat ini, aku masih menempuh berbagai proses itu. Aku masih merasakan bagian dari proses yang sangat tak ingin aku temui. Kendala. Kesakitan. Sebuah pengharapan yang sampai saat ini (mungkin) masih belum diketahui olehnya.

Kamu tahu? Atau malah kamu tidak tahu? Ah! Mungkin benar kamu memang tak akan tahu. Jadi tolong sebentar saja kamu coba lihat kesini. Ya! Kesini. Kearahku. Hanya sebentar. Jika memang iya, ku harap kamu akan berbalik. Berbalik dan berlari ke arahku untuk menggapaiku, untuk meraihku. Menggapaiku yang seakan-akan telah luruh bersamaan dengan semua proses tersebut.


Kamu tahu? Tak ku pungkiri, aku pernah menangis. Menangis sambil bersimpuh di hadapanNya. Aku sudah merasa lelah untuk terus berjalan. Aku membutuhkan waktu untuk beristirahat walau itu hanya sejenak. Walau itu hanya 1 menit atau bahkan mungkin hanya 1 detik hanya untuk mengambil nafas.

Sempat aku ingin berhenti. Benar-benar berhenti lalu tak akan dan tak ingin melanjutkan perjalanan kembali. Sungguh! Aku menginginkan semua itu. Berhenti. Tapi kemudian aku sadar. Sebaiknya aku tak berhenti, namun aku hanya menepi. Menepi untuk bangkit kembali, menepi walau hanya untuk bernafas dengan leluasa, menepi untuk menguatkan diri; lebih kuat dari yang lalu. Aku sudah berjalan dari garis start, jadi lebih baik lagi jika aku mengakhiri hinggga garis finish bukan?


Kemudian aku berdoa’a padaNya. “Tuhan, aku memang sudah lelah. Tapi aku masih ingin terus berjuang. Berjuang untuk melanjutkan perasaan yang sudah terbentuk  karenaMu. Ijinkan aku Tuhan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)