“Kadang
pertemuan pertama adalah awal dari sebuah perpisahan.”
-Senja, GOR Premier-
“Hei La, aku panggilin Yoda ya?”
Tawarnya kala itu dengan sebuah cengiran.
“Engga deh, makasih. Aku Cuma
mau nemenin dia buat ketemu sama kamu.” Jawabnya sambil menunjuk ke arah kiri,
Cindy.
“Beneran nih? Kebetulan dia
sekarang lagi latihan. Jarang-jarang bisa ketemu sama atlet terkenal kayak dia
lho.”
“Beneran gak usah. Kapan-kapan
kan juga pasti bisa ketemu lagi. Aku juga gak mau ganggu dia latihan.” Ujarnya
walau dalam hati sebenarnya dia sangat mengharap calon pertemuan pertama itu.
Sudah hampir satu tahun Cindy berkenalan
dengan cowok yang bernama Yoda itu. Dan, sudah hampir 3 bulan ini dia memiliki
perasaan yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata yang biasa. Walaupun
mereka belum pernah bertemu,Cindy meresa sangat cocok dengan cowok berbadan
tegap dan tinggi itu. Dia baik, dia perhatian, dia pintar memainkan
shuttlecock, dan dia segalanya.
Dia menolak dipertemukan bukan
karena dia tak mau bertemu. Melainkan karena dia tak mau pertemuan pertama itu
akan berujung pada perpisahan. Ketakutan itu selalu menghantui dirinya.
Detik demi detik tetap mereka
lalui bersama handphone di tangan masing-masing. Ya, hanya benda mati itulah
yang dapat mereka gunakan untuk saling berbagi satu sama lain.
-Senja, GOR Sudirman-
Sampai suatu ketika, mereka
dipertemukan olehNya. Pertemuan yang sama sekali tak terpikir di benak
masing-masing.
“Eh Cin, aku tadi liat Yoda lho.
Aku udah tau anaknya. Friendly banget.” Sorot mata jahil menghiasi kalimat yang
muncul dari bibir Devi.
“Oh ya? Selamat deh.” Padahal
rasa ingin tau seperti-apa-dia menghantuinya sejak Devi berkata seperti itu.
“Eh Da!!” Yang dipanggil pun
segera menghampiri. Senyumnya, gigi putihnya, kulitnya, tingginya seketika
membuat Cindy bungkam. Akhirnya hal yang kurang dia “inginkan” ini terjadi. Takut dan senang bercampur jadi satu. Takut
apakah jalinan pertemanan mereka akan tetap menjadi teman, akan berubah menjadi
sepasang remaja yang mempunyai perasaan saling mencintai, ataukah akan berakhir
disini? Di sebuah senja yang sangat Cindy kagumi?
“Hei!!...”
“Halo, aku Yoda.” Senyum
mengembang di ujung bibirnya.
“Devi.”
“Shella.”
“Naaah, kalau ini aku udah tau
namanya.” Sergahnya sebelum Cindy mengucapkan nama. Cindy hanya tersenyum.
Dalam hati dia bersyukur karena dia
takut akan ada kegugupan yang menemani kata yang keluar dari mulutnya. Matanya
menangkap kejahilan teman-temannya. Sejenak dia mengalihkan pemandangan ke
lapangan yang ada di depannya. Sayup-sayup terdengar percakapan antara Yoda dan
Yodhi, sampai akhirnya…
“Aku kesana dulu ya. Mau
pemanasan.” Pamitnya.
“Oh iya, sukses ya!!” Senyum
manis Cindy lemparkan kepada seseorang yang baru saja dia temui walaupun mereka
sudah lama berteman.
-03.11.2011, GOR Sudirman-
Cindy melihatnya duduk berteman sepi di tribun dekat lapangan
1 bagian atas. Muncul ide dalam benaknya.
To: Yoda
Gak ke GOR?
From: Yoda
Iya ini lagi di GOR.
To: Yoda
Oh iya.
From: Yoda
Kamu gak liat?
To: Yoda
Ini lagi liat kok.
From: Yoda
Di sebelah mana?
To: Yoda
Depannya lapangan 2.
Cindy berharap Yoda menghampirinya. Tapi harapan tinggallah
harapan. Khayalan tinggallah khayalan. Tak ada keajaiban disana. Mungkin ini
belum rezeki ku, pikirnya.
-04.11.2011, GOR Sudirman-
”Itu dia.” Pekiknya girang. Cindy bersyukur bisa melihatnya
lagi, untuk kesekian kalinya. Walaupun hanya melihat dia tetap bersyukur.
Padahal jarak mereka tak lebih dari 10 meter. Dia ingin bersenandung bersama
seseorang yang dia temui beberapa hari yang lalu. Pikiran negative mulai
menghiasi kalbunya. “Apa dia gak mau ketemu aku karna aku gak cantik?” “Apa ini
pertanda kalau dia gak mau deket lagi sama aku kayak kemarin?” “Apa dia
berusaha menghindar dari ku?” Segala prasangka berkecamuk dalam batinnya.
From: Yoda
Dimana?
To: Yoda
Di GOR. Kamu?
From: Yoda
Sama.
Perasaan senang dan sedih bertarung dalam batinnya. ”Pertanda
baik atau buruk?” Dia mulai tak konsen memperhatikan pertandingan yang ada di
depan mata. Cindy gelisah, dia ingin seperti cerita yang ada di layar televisi.
Dia ingin seseorang yang telah membuatnya remuk redam menghampirinya. Namun
sampai sekarang khayalan itu tak pernah menjadi realita mungkin sampai nanti
juga tak akan tercipta.
-05.11.2011, GOR Sudirman-
From: Yoda
Dimana?
To: Yoda
Lagi di GOR. Gak kesini
ta? Abis gini Alamsyah main lho hehe
From: Yoda
Kalo dia main kasih tau ya.
“What? Gitu doang?”
“Kenapa kak?”
“Oh, gapapa kok dek hehe.” Bohong banget!!
To: Yoda
Oke deeeh J
Cindy mulai mencari seseorang diantara ratusan manusia yang menonton
final Indonesia International Challenge itu. Cindy tak menemukan sosok itu.
Setiap 5 menit dia mencari dari ujung ke ujung berharap matanya menangkap
seseorang.
“Kak, kak Alamsyah main tuh!!”
To: Yoda
Alamsyah lagi main nih.
From: Yoda
Iya ini aku lagi liat.
-November 2011-
Benar!! Hal yang tak dia inginkan, yang hanya Cindy nikmati
sendiri terjadi. Setelah pertemuan itu Yoda menjauh darinya secara perlahan.
Ritme SMS mereka mulai berkurang dan kalaupun mereka ber-SMS, Cindy-lah yang
memulai dan Yoda? Jarang sekali memulai!! Dia hanya datang pada Cindy (mungkin)
di saat dia butuh, bukan di saat Cindy membutuhkan seseorang sepertinya. Pertemuan
pertama itu menghasilkan sebuah petaka untuknya. Dia terlalu tinggi bermimpi
dan di saat dia jatuh seperti sekarang ini rasanya terlalu menyakitkan.
Hope you’re all right in there
@besjoget
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)