Laman

Selasa, 05 Juni 2012

bertemu tapi tak menemui


“Kadang pertemuan pertama adalah awal dari sebuah perpisahan.”

-Senja, GOR Premier-
                “Hei La, aku panggilin Yoda ya?” Tawarnya kala itu dengan sebuah cengiran.
                “Engga deh, makasih. Aku Cuma mau nemenin dia buat ketemu sama kamu.” Jawabnya sambil menunjuk ke arah kiri, Cindy.
                “Beneran nih? Kebetulan dia sekarang lagi latihan. Jarang-jarang bisa ketemu sama atlet terkenal kayak dia lho.”
                “Beneran gak usah. Kapan-kapan kan juga pasti bisa ketemu lagi. Aku juga gak mau ganggu dia latihan.” Ujarnya walau dalam hati sebenarnya dia sangat mengharap calon pertemuan pertama itu.
                Sudah hampir satu tahun Cindy berkenalan dengan cowok yang bernama Yoda itu. Dan, sudah hampir 3 bulan ini dia memiliki perasaan yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata yang biasa. Walaupun mereka belum pernah bertemu,Cindy meresa sangat cocok dengan cowok berbadan tegap dan tinggi itu. Dia baik, dia perhatian, dia pintar memainkan shuttlecock, dan dia segalanya.
                Dia menolak dipertemukan bukan karena dia tak mau bertemu. Melainkan karena dia tak mau pertemuan pertama itu akan berujung pada perpisahan. Ketakutan itu selalu menghantui dirinya.
                Detik demi detik tetap mereka lalui bersama handphone di tangan masing-masing. Ya, hanya benda mati itulah yang dapat mereka gunakan untuk saling berbagi satu sama lain.

-Senja, GOR Sudirman­­­-
                Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan olehNya. Pertemuan yang sama sekali tak terpikir di benak masing-masing.
                “Eh Cin, aku tadi liat Yoda lho. Aku udah tau anaknya. Friendly banget.” Sorot mata jahil menghiasi kalimat yang muncul dari bibir Devi.
                “Oh ya? Selamat deh.” Padahal rasa ingin tau seperti-apa-dia menghantuinya sejak Devi berkata seperti itu.
                “Eh Da!!” Yang dipanggil pun segera menghampiri. Senyumnya, gigi putihnya, kulitnya, tingginya seketika membuat Cindy bungkam. Akhirnya hal yang kurang dia “inginkan” ini terjadi. Takut dan senang bercampur jadi satu. Takut apakah jalinan pertemanan mereka akan tetap menjadi teman, akan berubah menjadi sepasang remaja yang mempunyai perasaan saling mencintai, ataukah akan berakhir disini? Di sebuah senja yang sangat Cindy kagumi?
                “Hei!!...”
                “Halo, aku Yoda.” Senyum mengembang di ujung bibirnya.
                “Devi.”
                “Shella.”
                “Naaah, kalau ini aku udah tau namanya.” Sergahnya sebelum Cindy mengucapkan nama. Cindy hanya tersenyum. Dalam hati dia bersyukur  karena dia takut akan ada kegugupan yang menemani kata yang keluar dari mulutnya. Matanya menangkap kejahilan teman-temannya. Sejenak dia mengalihkan pemandangan ke lapangan yang ada di depannya. Sayup-sayup terdengar percakapan antara Yoda dan Yodhi, sampai akhirnya…
                “Aku kesana dulu ya. Mau pemanasan.” Pamitnya.
                “Oh iya, sukses ya!!” Senyum manis Cindy lemparkan kepada seseorang yang baru saja dia temui walaupun mereka sudah lama berteman.

­-03.11.2011, GOR Sudirman-
Cindy melihatnya duduk berteman sepi di tribun dekat lapangan 1 bagian atas. Muncul ide dalam benaknya.
To: Yoda
Gak ke GOR?

From: Yoda
Iya ini lagi di GOR.

To: Yoda
Oh iya.

From: Yoda
Kamu gak liat?

To: Yoda
Ini lagi liat kok.

From: Yoda
Di sebelah mana?

To: Yoda
Depannya lapangan 2.

Cindy berharap Yoda menghampirinya. Tapi harapan tinggallah harapan. Khayalan tinggallah khayalan. Tak ada keajaiban disana. Mungkin ini belum rezeki ku, pikirnya.

-04.11.2011, GOR Sudirman-
”Itu dia.” Pekiknya girang. Cindy bersyukur bisa melihatnya lagi, untuk kesekian kalinya. Walaupun hanya melihat dia tetap bersyukur. Padahal jarak mereka tak lebih dari 10 meter. Dia ingin bersenandung bersama seseorang yang dia temui beberapa hari yang lalu. Pikiran negative mulai menghiasi kalbunya. “Apa dia gak mau ketemu aku karna aku gak cantik?” “Apa ini pertanda kalau dia gak mau deket lagi sama aku kayak kemarin?” “Apa dia berusaha menghindar dari ku?” Segala prasangka berkecamuk dalam batinnya.
From: Yoda
Dimana?

To: Yoda
Di GOR. Kamu?

From: Yoda
Sama.

Perasaan senang dan sedih bertarung dalam batinnya. ”Pertanda baik atau buruk?” Dia mulai tak konsen memperhatikan pertandingan yang ada di depan mata. Cindy gelisah, dia ingin seperti cerita yang ada di layar televisi. Dia ingin seseorang yang telah membuatnya remuk redam menghampirinya. Namun sampai sekarang khayalan itu tak pernah menjadi realita mungkin sampai nanti juga tak akan tercipta.

-05.11.2011, GOR Sudirman-
From: Yoda
Dimana?

To: Yoda
Lagi di GOR. Gak kesini ta? Abis gini Alamsyah main lho hehe

From: Yoda
Kalo dia main kasih tau ya.

“What? Gitu doang?”
“Kenapa kak?”
“Oh, gapapa kok dek hehe.” Bohong banget!!

To: Yoda
Oke deeeh J
Cindy mulai mencari seseorang diantara ratusan manusia yang menonton final Indonesia International Challenge itu. Cindy tak menemukan sosok itu. Setiap 5 menit dia mencari dari ujung ke ujung berharap matanya menangkap seseorang.
“Kak, kak Alamsyah main tuh!!”
To:  Yoda
Alamsyah lagi main nih.

From: Yoda
Iya ini aku lagi liat.


­-November 2011-
Benar!! Hal yang tak dia inginkan, yang hanya Cindy nikmati sendiri terjadi. Setelah pertemuan itu Yoda menjauh darinya secara perlahan. Ritme SMS mereka mulai berkurang dan kalaupun mereka ber-SMS, Cindy-lah yang memulai dan Yoda? Jarang sekali memulai!! Dia hanya datang pada Cindy (mungkin) di saat dia butuh, bukan di saat Cindy membutuhkan seseorang sepertinya. Pertemuan pertama itu menghasilkan sebuah petaka untuknya. Dia terlalu tinggi bermimpi dan di saat dia jatuh seperti sekarang ini rasanya terlalu menyakitkan.

Hope you’re all right in there

@besjoget

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)