Diam-diam. Mencoba
berusaha sedikit demi sedikit tanpa tahu rasa malu. Tak memperhatikan bisikan negatif
dari orang-orang sekitar yang mulai membekukan telinga. Perlahan, perlahan, dan
perlahan. Berjalan pelan namun penuh kepastian. Berusaha terlebih dulu tanpa
tahu bagaimana nantinya hasil yang akan didapat.
Aku memang
bukan yang terbaik. Tapi aku selalu berusaha berposisi menjadi orang yang terbaik,
untukmu. Aku memang tak sempurna, tapi dengan ketidaksempurnaan itu, aku
menginginkan kamu dapat menjadi pelengkap dan membuat individu ini bisa dikatakan
sebagai seseorang yang sempurna.
Berkali-kali
putus asa, tapi masih mencoba untuk bangkit. Karena siapa? Karena kamu.
Tubuhku sering
terpaku saat melihatmu. Tak mampu bergerak. Aku hanya mampu menunduk, kemudian
menangis. Kapan aku dan kamu bisa menjadi kita?
Sebenarnya kamu
begitu dekat. Tapi mengapa sangat sulit untuk digapai? Menyentuhmu saja aku tak
kuasa. Apalagi jika harus memelukmu. Melihat. Dari jauh, bukan dari dekat. Seperti
itulah yang bisa kulakukan.
“Kenapa
menangis? Tahukah kamu bahwa sebenarnya aku seperti kamu? Aku juga sering
memperhatikanmu, dari jauh. Dan sekarang aku baru berani untuk mendekat.”
Aku menghambur
kearahnya. Memeluknya tanpa berani untuk melepaskan. Tak mau kehilangan dia, Romi.
aw aw, tersentuh bes :D
BalasHapusHaha darimananya mas?
BalasHapus