Selasa, 06 Agustus 2013
Minggu, 04 Agustus 2013
Novel #5
Senin, 5
Agustus 2013.
Novel. Di rak
buku kamar saya terdapat berbagai koleksi novel. Mulai dari teenlit, metropop, biografi,
nonfiksi, sampai novel yang berbau motivasi maupun islami pun ada. Saya menyukai
sastra sejak kecil. Dulu saat saya masih TK/SD saya sudah mengoleksi berbagai
edisi dari majalan bobo. Karena saat ini saya sudah beranjak dewasa atau
mungkin sudah mulai menua, jadi koleksi saya bukan majalah bobo lagi.
Kalau
dompet lebih tebal dibanding biasanya, saya lebih suka menjajakannya bukan di
warung, resto, ataupun mall tetapi saya lebih memilih toko buku.
Sampai saat
ini, koleksi novel saya sekitar 35 buah. Alhamdulillah dari puluhan buku
tersebut hanya beberapalah yang mendapat sokongan dana dari orang tua atau jika
tak mau dikatakan “dibelikan”. Untuk memuaskan hobi yang saya tekuni, saya
lebih mengandalkan uang sendiri. Jika memang dompet sedang miris, saya lebih
suka pergi ke rental novel dan menyewanya barang 2 atau 3 novel setiap kali
menyewa.
Novel-novel
tersebutlah yang biasanya menemani saya diwaktu sibuk maupun senggang. Saat ke
kampus pun saya selalu membawa novel. Sebelum tidur dan bangun tidur pun, merekalah
yang saya cari. Pergi ke mall atau kemanapun, novel selalu tersedia di dalam
tas. Bahkan saat berlatih bulu tangkis pun saya selalu meletakkan satu atau dua
novel di tas merah saya. Mungkin itu sudah menjadi salah satu kebiasaan saya
untuk membunuh waktu dengan cara yang positif.
Dulu saya
begitu menyukai teenlit. Tapi karena sekarang sudah bukan masa SMA lagi, jadi
level novel yang saya baca sedikit membanggakan. Cerita-cerita fiksi yang
dikemas dengan pengorbanan, cita-cita, dan impian sangat saya sukai. Misalnya Sepatu
Dahlan yang ditulis oleh Khrisna Pabicara, 5 cm dan 2 dari Donny Dhirgantoro, serta
Trilogi Negeri 5 Menara yang dilukis dengan kata-kata indah oleh A.Fuadi.
Sebelumnya
: Buku Yaasin #4
Buku Yaasin #4
Minggu, 4
Agustus 2013.
Untuk
barang kedua (karena ketinggalan hari pertama dan kedua) challenge
#CeritaDariKamar saya memilih Buku Yaasin. Kenapa saya memilih buku kecil yang
terdiri dari tulisan arab ini? Sebab dengan ini saya bisa mengirimkan rentetan
do’a lewat ayat suciNya. Layaknya seperti bisa berkomunikasi dengan ibu saya,
walau beliau sudah berada di alam yang berbeda.
Biasanya saya
membaca Yaasin seusai sholat mahgrib setiap hari kamis. Terkadang kalau banyak
kegiatan di kampus dan mengharuskan pulang malam, biasanya saya membaca di
kampus atau menunggu untuk pulang dulu. Sebuah rutinitas yang sangat saya
rindukan. Dengan membaca ayat-ayat tersebut, seperti ada salam kerinduan yang
meluncur bebas tanpa sebuah syarat. Dengan melantunkan kalimat-kalimat suci
itu, membuat hati lebih tenang. Membuat kerinduan terasa terobati. Dengan buku
kecil ini, saya seperti dapat memeluknya. Pelukan semu yang hanya bisa
dirasakan dengan hati.
Kenangan lain
mengenai buku Yaasin ini, saat sebelum beliau menutup mata akibat penyakit
Leukimianya adalah saat saya membacakan ayat-ayat yang tertera tepat berada di
sampingnya. Memperdengarkan ayat-ayat tersebut di dekat telinganya sebelum
malaikat menjemputnya adalah hal yang tak akan pernah saya lupakan.
Jikalau setiap
malam jum’at saya lupa mengkhusukan surat Yaasin untuknya seperti ada hal yang
mengganjal. Dengan surat Yaasin saya dapat memeluknya. Dengan surat Yaasin saya
dapat menyampaikan rindu yang takkan pernah dapat diutarakan kepadanya.
Selamat malam, Ibu.
Sabtu, 03 Agustus 2013
Perlengkapan Bulu Tangkis #3
3 Agustus 2013
#CeritaDariKamar.
Saya baru mengetahui challenge ini tadi sore. Alhasil ketinggalan hari pertama
dan kedua. Jadi, saya memutuskan menulis mulai hari ketiga saja. Challenge ini dikiperi oleh Bernadr Batubara atau di sosmed dikenal dengan nama @benzbara_
1 set
perlengkapan bulu tangkis. Tas merah, raket, dan sepatu. Semua barang-barang
yang saya miliki tersebut memang bukan barang branded. Tapi walau demikian,
saya tetap bangga memiliki semua itu. Sebab, mereka adalah hasil keringat saya,
jerih payah saya. Untuk memenuhi segala hobi yang saya miliki, saya lebih
mengandalkan uang tabungan. Tetapi kalau misal uang tabungan masih kurang,
biasanya saya meminta tambahan dari bapak maupun almarmuham ibu, sewaktu ibu
saya masih ada setahun yang lalu. Jadi setidaknya, tak seberapa merepotkan
orang tua. Walau pada dasarnya sebenarnya masih merepotkan. Hehe.
Untuk tas
bulu tangkis tersebut, saya membeli sekitar 3 tahun yang lalu, sewaktu saya
masih berdiam di bangku sekolah abu-abu putih. Alhamdulillah uang tersebut
hasil dari beasiswa salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk sepatu
dan raket hasil dari tabungan dan jerih payah merayu orang tua.
Mereka sudah
seperti bagian diri saya. Mengapa? Karena saya begitu menyukai dunia bulu
tangkis. Sejak kecil saya sudah diperkenalkan dengan olahraga tepok bulu ini. Jadi
tak heran jika seminggu tak bermain bulu
tangkis seperti ada yang hilang dari bagian diri saya.
Sejak melihat
permainan legenda bulu tangkis Indonesia bahkan dunia, Taufik Hidayat, ada
sebuah impian yang sedikit demi sedikit mulai mencuat. Terlebih saat saya
pindah dari Ponorogo ke Surabaya. Impian itu semakin lama semakin menyeruak
tetapi tak dibarengi dengan dukungan orang tua. Menjadi seorang atlet bulu
tangkis bukanlah keinginan mereka. Apalagi bapak, beliau lebih mendukung saya
di dunia kedokteran. Tapi sayangnya jalan yang beliau pilih bukanlah jalan yang
saya inginkan.
Dan pada
akhirnya seperti inilah saya. Tetap berkecimpung dalam dunia bulu tangkis dalam
skala yang berbeda. Dulu saya pernah bergabung dengan club lokal, PB Satria
Cabang. Tapi karena disibukkan dengan perkuliahan jadi saya memutuskan untuk
berhenti dari club tersebut. Dan untuk saat ini, saya masih berlatih bulu
tangkis bersama UKM Bulu Tangkis PENS dan UKM Bulu Tangkis ITS.
Jangan
dilihat brandnya, tapi lihatlah bagaimana cara seseorang untuk memperolehnya :')
Langganan:
Postingan (Atom)