Hai bidadari cantik. Bagaimana keadaan disana? Masih
ada kesempatan melihat senyum kami kah? Jika memang iya, saya harap keadaan
disana akan lebih membuatmu bahagia.
Bidadari, tahukah kau saat saya merindukanmu, saya
selalu pergi ke tempat itu. Saya hanya melewati bangunan besar dan tua itu.
Kegiatan tak rutin yang selalu saya lakukan saat malam hari, sebab saya sangat
suka dengan suasana malam hari di tempat kenangan terakhir kita. Saya selalu
teringat saat pagi hari datang untuk menjagamu dan malamnya saya akan pamit
pulang atau bahkan saya tak pulang demi menjaga dan merawatmu. Melihat senyum
ketabahan yang selalu kau tularkan untuk saya, keluarga, dokter, dan perawat
yang ada disana.
Satu hari setelah pindah rawat inap di Rumah Sakit
Darmo, Profesor menginginkannya agar dikemoterapi. Keputusan besar melibatkana
keluarga kami.
Ada kesakitan yang sungguh mendalam. Akhirnya setelah
beberapa menit yang seperti beberapa jam didapat kesimpulan bahwasanya mulai
besok akan dilakukan kemoterapi. Keputusan yang menurut kami paling benar.
Kepingan dari kenangan masa lalu itu sampai kapanpun
tak akan pernah terhapus.
Tahun ini, ulang tahun pertama tanpanya. Tak ada lagi
kue tart yang beliau bawakan saat pulang kerja. Tak ada lagi do’a-do’a yang
beliau panjatkan untuk kami; aku dan adikku. Tak ada lagi kenangan-kenangan
indah seperti yang beliau berikan pada kami seperti beberapa bulan yang lalu.
Tak terwujud keinginan saat ulang tahun kemarin. Saat itu,
saya berharap dapat melihat wajah beliau secara nyata. Mungkin belum saatnya.
Sungguh, saya merindukan ibu. Datanglah beberapa detik
walau hanya di mimpi saya. Pasti kerinduan itu akan terobati, walau tak
sepenuhnya.
wah..jadi keinget selalu sama sosok ibu di rumah, nice artikel.. :)
BalasHapusiya, emang harus selalu diingat selama ibu masih ada. thanks ya :)
BalasHapus