Laman

Sabtu, 01 Desember 2012

aku yang baru


Aku yang baru. Ya, aku menjadi sosok wanita yang baru. Bukan aku yang sebelum tanggal 19 November 2012. Sekarang aku sudah mencoba untuk menutupi aurat, yaitu dengan berkerudung dan berpakaian yang lebih tertutup. Aku menulis ini bukan tanpa alasan. Dan alasan itu bukan karena aku PAMER. Sama sekali bukan. Aku menulis ini karena untuk mendorong diriku sendiri agar tetap konsisten dengan jilbab ini, agar ini menajdi penyemangat bagiku bahwa aku suda berubah.

Awalnya aku memakai jilbab saat di luar kampus. Lama-kelamaan seperti ada rasa yang mendorongku untuk berjilbab. Setelah aku bercerita dengan sahabat-sahabat ku, akhirnya aku menemukan jawabannya. Benar, jawabannya mereka sangat mendukung agar aku berubah. Akhirnya, sejak tanggal 19 November kemarin, aku mulai berjilbab. Aku sudah membulatkan tekad agar aku konsisten dengan keputusanku.

Waktu tak pernah berhenti, semakin lama waktu berjalan, ujian datang terus menerus. Ada keraguan. Keraguan yang tiba-tiba muncul tanpa pernah aku inginkan, sekalipun aku tak menginginkan keraguan itu. Ada tangis disana, muncul sedikit keraguan. Harus bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?

Seperti biasa, setiap hari  rabu pukul 15:00 aku berlatih dengan komunitas bulutangkis PENS. Aku datang paling awal dari yang lain. Setelah itu, beberapa kakak tingkat mulai datang satu-per-satu.

"Loh dek, kamu kalo latihan krudungan gini?"
"Iya mas." Aku tersenyum. *masih biasa*

"Yang ganas dong dek kalo main." *dengan nada bercanda*
*aku hanya tersenyum*

Ya, karena beberapa obrolan itu, ada rasa menyesal. Sedikit. Ingat itu. Aku mencoba menguatkan diri, mencari sisi positif. Mencari dorongan agar aku tetap dan tak berubah. Sejak saat itu, hampir setiap saat aku berpikir tentang 'itu'. Sepertinya aku memang butuh pijakan.

Bulutangkis adalah hidupku. Aku mencintai olahraga ini sejak aku duduk di kelas 5 SD. Biasanya, saat aku bermain bulutangkis, aku selalu memakai celana pendek dan kaos pendek. Rambut kuncir kuda. Aku rindu saat berpenampilan seperti itu. Bergerak bebas di lapangan.

Saat aku sudah menemukan pijakan, aku sadar. Benar-benar tersadar. Jilbab tak akan menghalangi siapapun untuk beraktivitas. Merka bisa, seharusnya aku juga bisa.

inspired by:

Nur Adina-Terengganu
Djarum Sirkuit Nasional DKI Jakarta OPEN 2012

Kakak-kakakku yang tergabung di IBC (ITS Badminton Community)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)