Laman

Senin, 24 Februari 2014

Untuk Kamu Dia Bertahan

 sumber

Perjalanan ini sungguh membuatnya lelah. Sebelumnya tak pernah terbayangkan dia akan berjalan sejauh ini. Sebelumnya tak ada kata berlari dan mengejar yang baru, yang ada hanya bertahan. Bertahan mencintai secara diam-diam. Bertahan menyimpan kekaguman yang teramat sangat hingga waktu yang tak bisa ditentukan. Tanpa sadar, dia memperhatikan kamu. Garis wajahmu, senyumanmu, tawa candamu, sifat cuekmu yang mampu dia terima dengan baik. Dalam diam dia mendamba kamu, yang teramat dekat dengannya namun belum bisa terjamah olehnya.

Saat ini dia masih berjalan. Ditemani embun yang menetes bersama daun. Ditemani bayang-bayang pada tengah hari. Juga ternyata ditemani cahaya jingga di ujung barat. Dan ternyata juga ada ribuan cahaya kecil di langit, yang dalam diam cahaya-cahaya itu ada untuknya. Mereka menemaninya tanpa lelah. Seperti dia berharap kamu, tanpa lelah juga. Dia, menoleh ke kanan-kiri, siapa tahu ada pemikat hati, yang lebih peka, yang lebih mengerti, yang mungkin akan seperti kamu. Adakah?

Satu, terlewati. Lebih mengerti. Lebih memahami. Tapi ada bagian hati yang sepertinya tak terpenuhi, tak berisi.


Dua, terlewati. Peka. Berkepribadian baik. Lagi-lagi hati itu tetap terasa kosong. Tak sepenuhnya terisi dengan baik.

Tiga, terlewati. Masih tak ada yang benar-benar memikat hati.

Empat, terlewati.

Lima, juga terlewati.

Begitu seterusnya.

Dia menyerah. Hati tak pernah berbohong. Hati pasti akan kembali kesana. Ke tempat kamu berada. Walau sekalipun kamu belum menoleh ke tempatnya mencari bahkan menunggu kamu tanpa jeda, tanpa kelelahan pasti.

Sejauh melangkah, ternyata hati kembali pada yang pertama. Ya, kamu memang tak begitu romantis. Tapi sekalinya kamu romantis, bisa dikatakan berbagai benda di sekitar terasa terbolak-balik. Terasa ada berbagai kupu-kupu dengan segala bentuk berada di dalam perut. Menggelitik. Tapi membekas. Kata-kata begitu memberikan efek yang luar biasa. Apalagi jika perbuatan. Pasti akan dikenang. Seperti kamu yang selalu terkenang dalam memori otaknya, sekalipun kamu jauh, sekalipun kamu berlari, sekalipun dia berlari untuk mencari sosok lain, selain kamu.

“Yaudah, aku kesana aja ikut anak-anak.” Ucapnya kepada beberapa pasang mata di depan.

“Aku temenin.” Begitu perhatiannya kamu, menggandeng tangannya. Menyeberang jalan dengan disoroti semburat jingga di Jogjakarta. Senja. Jogjakarta. Mengingatkan kenangan sederhana tentang kamu dan dia tanpa terlepas dari kata istimewa.

Pernah dia berhenti mencoba bertahan kala kamu masih diam. Rasanya begitu lelah. Tetapi dibalik kelelahan itu ternyata ada kesabaran yang luar biasa, untuk menunggu kamu, di belakangmu. Tentunya tanpa sepengetahuanmu.

Dia tahu. Jika menyimpan rasa, sepertinya lebih baik rasa itu segera diungkapkan. Tak perlu ditahan apalagi ditutup-tutupi. Semakin lama rasa itu ditutupi, sesak pasti akan melanda hati. Membuat gamang. Menjadi sebuah beban tersendiri. Dan takutnya rasa itu semakin lama malah akan membusuk, tanpa bau. Sehingga tak ada satu orang pun yang tahu. Kecuali dia. Apalagi Kamu. Tak mungkin tahu.

Takutnya lama kelamaan rasa itu akan menjadi luka tersendiri bagi pemilik rasa. Ah, apakah itu luka? Sepertinya bukan. Mungkin lebih tepatnya sebuah kenikmatan tersendiri bagi pemilik rasa yang tak bisa dibandingkan dengan luka. Tapi bukan tidak mungkin kenikmatan itu mengarah ke sebuah hal bernama luka. Ya, tidak menutup kemungkinan.

Hingga saat ini, dia selalu dan tetap memilih kamu. Walaupun kamu jauh, belum terpeluk olehnya. Dibalik matamu, ada dia yang selalu berdiri memeluk kamu dari jauh. Tanpa sepengetahuanmu, dia menjaga kamu. Disebelah kamu. Tanpa sepengetahuan kamu juga, dia menuntun kamu teramat jauh, ke dalam sebuah lubang bernama kedamaian hati. Seandainya dia bisa merampasmu dari keadaan ini, mungkin dia tak terlalu lama dalam merawat kesendirian. Bawa raganya melayang bersama anganmu, bersama mimpi-mimpimu, suatu saat nanti. Hanya kamu yang ada di pelupuk matanya, yang ada di alam bawah sadarnya, yang ada dalam setiap nafas dan detak jantungnya. Hanya kamu. Ketahuilah itu. Untuk kamu, dia mampu bertahan sejauh ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)