Laman

Minggu, 23 Februari 2014

Saat Dia Sudah Lelah

Sumber

Ada sesuatu yang tak ingin dia percaya. Yaitu mengenai insting dia sendiri. Dia begitu membenci insting yang sering berjalan di pikirannya. Beberapa pemikiran merambat ke otaknya, tak mau untuk ditinggalkan. Menjelma menjadi hal yang terus membayang-bayangi, kemanapun dia pergi. Mungkin insting itu terlalu mencintai Empunya. Mungkin dia ingin menunjukkan beberapa hal untuk bisa dipercaya si Empu tersebut sebelum hal tersebut terjadi atau mungkin agar si Empu mengetahui lebih dulu dibanding yang lainnya. Atau agar si Empu dapat mengantisipasi segala hal yang akan terjadi? Entahlah. Sulit sekali untuk menebak hal-hal yang berseliweran di pikiran kita.

Seperti sedia kala, dia selalu mencoba untuk berpikir positif. Walaupun terkadang bayang-bayang negatif itu selalu terlintas di depannya. Sampai saat ini, saat senja perlahan mulai menghilang dan berganti menjadi malam.

Tapi realita memang tak bisa ditolak. Kejadian-kejadian itu sudah tercetak jelas. Sangat tak wajar. Terlukis di depan mata dan tak ada penjelasan bahwa semua itu adalah ilusi belaka. Kejadian nyata di depan mata sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi. Sekalipun memberikan kesan busuk. Sekalipun itu menyakitkan.

Dia hanya mau memberikan hatinya pada satu orang. Tak mau melirik ke arah lain karena dia mampu dan mau untuk menerima semua kekurangan lelaki itu. Dengan segala kesabarannya, dia mampu bertahan. Jika boleh dikatakan, dia adalah wanita yang begitu kuat. Sekalipun dia wanita yang begitu tabah, yang mampu berdiri sendiri, dia tetap membutuhkan bahu untuk menopangnya. Untuk berkeluh kesah maupun menenangkan hati. Terlebih untuk berlabuh saat dia tak mampu lagi untuk mendayung. Begitu tabah dan sabarnya dia, hingga menangis pun begitu sulit untuk dilakukan. Saat dia membutuhkan kamu, peluklah dia. Hangatkan hatinya dengan segala perhatianmu. Dia, wanita penyabar yang selalu meluangkan waktunya untuk kamu, yang selalu ingin menemani kamu kapanpun dan dimanapun tanpa kamu minta. Apakah kamu tahu tentang itu? Cobalah buka mata kamu sedikit saja. Jangan hanya memandang dia sebelah mata. Tahukah kamu bagaimana dia menahan air matanya untuk kamu? Tahukah kamu selalu ada do’a dalam setiap shalatnya teruntuk kamu?

Wanita mana yang hatinya ingin disakiti? Tidak ada. Wanita mana yang mau memperjuangankan hubungannya? Dia! Wanita mana yang mampu menahan rasa sakit akibat ulah kamu? Dia! Coba buka mata kamu! Sesulit itukah untuk menunjukkan bahwa dia yang terbaik untuk kamu? Bodoh! Saat kamu menginginkan orang yang sempurna, Tuhan mengirimkan dia untuk kamu. Tapi dengan polosnya kamu berkata bahwa “kamu terlalu sempurna”. Apa kemauanmu yang sebenarnya? Munafik! Hati seorang penyabar tidak seharusnya kamu sakiti seperti itu. Kamu pikir jika kamu pergi darinya kamu akan menemukan wanita sesempurna dia dengan segala kesabarannya? Ku rasa tidak. Dia begitu sempurna untuk ukuran manusia yang tak sempurna.

Dia? Dia hanya mampu meringkuk di bawah selimut untuk menutupi semua kepedihan yang sudah kamu torehkan. Kepedihan yang kamu ciptakan begitu membekas di hatinya hingga dia sudah tak mampu lagi untuk mempertahankan jalan yang sudah kalian buat. Disaat kamu meminta maaf kepadanya, dia pasti akan memaafkan kamu. Wanita penyabar itu juga bisa menjelma menjadi wanita pemaaf. Tapi untuk menghilangkan rasa sakit tak semudah memaafkan kesalahan orang. Ah! Apa kamu akan minta maaf? Kurasa tidak. Matamu sudah tertutup kabut yang sampai kapanpun tak akan menghilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)