Sumber |
Ada sesuatu yang tak ingin
dia percaya. Yaitu mengenai insting dia sendiri. Dia begitu membenci insting
yang sering berjalan di pikirannya. Beberapa pemikiran merambat ke otaknya, tak
mau untuk ditinggalkan. Menjelma menjadi hal yang terus membayang-bayangi,
kemanapun dia pergi. Mungkin insting itu terlalu mencintai Empunya. Mungkin dia
ingin menunjukkan beberapa hal untuk bisa dipercaya si Empu tersebut sebelum
hal tersebut terjadi atau mungkin agar si Empu mengetahui lebih dulu dibanding
yang lainnya. Atau agar si Empu dapat mengantisipasi segala hal yang akan
terjadi? Entahlah. Sulit sekali untuk menebak hal-hal yang berseliweran di pikiran kita.
Seperti sedia kala, dia
selalu mencoba untuk berpikir positif. Walaupun terkadang bayang-bayang negatif
itu selalu terlintas di depannya. Sampai saat ini, saat senja perlahan mulai menghilang
dan berganti menjadi malam.
Tapi realita memang tak bisa
ditolak. Kejadian-kejadian itu sudah tercetak jelas. Sangat tak wajar. Terlukis
di depan mata dan tak ada penjelasan bahwa semua itu adalah ilusi belaka.
Kejadian nyata di depan mata sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi. Sekalipun
memberikan kesan busuk. Sekalipun itu menyakitkan.
Dia hanya mau memberikan
hatinya pada satu orang. Tak mau melirik ke arah lain karena dia mampu dan mau
untuk menerima semua kekurangan lelaki itu. Dengan segala kesabarannya, dia
mampu bertahan. Jika boleh dikatakan, dia adalah wanita yang begitu kuat.
Sekalipun dia wanita yang begitu tabah, yang mampu berdiri sendiri, dia tetap
membutuhkan bahu untuk menopangnya. Untuk berkeluh kesah maupun menenangkan
hati. Terlebih untuk berlabuh saat dia tak mampu lagi untuk mendayung. Begitu
tabah dan sabarnya dia, hingga menangis pun begitu sulit untuk dilakukan. Saat
dia membutuhkan kamu, peluklah dia. Hangatkan hatinya dengan segala
perhatianmu. Dia, wanita penyabar yang selalu meluangkan waktunya untuk kamu,
yang selalu ingin menemani kamu kapanpun dan dimanapun tanpa kamu minta. Apakah
kamu tahu tentang itu? Cobalah buka mata kamu sedikit saja. Jangan hanya
memandang dia sebelah mata. Tahukah kamu bagaimana dia menahan air matanya
untuk kamu? Tahukah kamu selalu ada do’a dalam setiap shalatnya teruntuk kamu?
Wanita mana yang hatinya
ingin disakiti? Tidak ada. Wanita mana yang mau memperjuangankan hubungannya?
Dia! Wanita mana yang mampu menahan rasa sakit akibat ulah kamu? Dia! Coba buka
mata kamu! Sesulit itukah untuk menunjukkan bahwa dia yang terbaik untuk kamu?
Bodoh! Saat kamu menginginkan orang yang sempurna, Tuhan mengirimkan dia untuk
kamu. Tapi dengan polosnya kamu berkata bahwa “kamu terlalu sempurna”. Apa
kemauanmu yang sebenarnya? Munafik! Hati seorang penyabar tidak seharusnya kamu
sakiti seperti itu. Kamu pikir jika kamu pergi darinya kamu akan menemukan
wanita sesempurna dia dengan segala kesabarannya? Ku rasa tidak. Dia begitu
sempurna untuk ukuran manusia yang tak sempurna.
Dia? Dia hanya mampu meringkuk
di bawah selimut untuk menutupi semua kepedihan yang sudah kamu torehkan. Kepedihan
yang kamu ciptakan begitu membekas di hatinya hingga dia sudah tak mampu lagi
untuk mempertahankan jalan yang sudah kalian buat. Disaat kamu meminta maaf
kepadanya, dia pasti akan memaafkan kamu. Wanita penyabar itu juga bisa
menjelma menjadi wanita pemaaf. Tapi untuk menghilangkan rasa sakit tak semudah
memaafkan kesalahan orang. Ah! Apa kamu akan minta maaf? Kurasa tidak. Matamu
sudah tertutup kabut yang sampai kapanpun tak akan menghilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)