Laman

Selasa, 30 Oktober 2012

dan lagi (untuk kesekian kalinya)

Langit senja mampu membuatku tersenyum tanpa batas. Karena kuasa Tuhan, senja datang dengan sejuta keindahan yang tak pernah dibayangkan oleh semua orang. Detik demi detik terlewatkan dengan kesan yang sangat sempurna, sangat eksotis. Tuhan sangat baik denganku. Tuhan mampu membuatku bisa merasakan angin senja. Sampai kapanpun jika Dia ingin membuatku merasakan kedamaian sang senja, Tuhan pasti bisa melakukan itu. Senja dan kuasa Tuhan melebur dan bergabung menjadi satu kesatuan yang tak dapat lagi dipisahkan. Aku tak kuasa menahan rintikan air yang perlahan muncul. 

Senja, itu kamu. Sosok yang penuh kedewasaan, sosok yang mempunyai perhatian tanpa batas, penuh dengan kekonyolan yang tak pernah dipikirkan oleh banyak orang. Kamu, paling suka menirukan gaya orang lain. Mulai dari gaya berbicara sampai tingkah laku mereka, kamu sangat hafal dengan mereka yang ada di lingkunganmu.

Kenangan ini sebenarnya membuatku berkaca, bukan malah membuatku ingin mengenangmu, mengingatmu, dan mungkin bahkan mencintaimu melebihi yang kemarin. Bukan! Karena jika aku melakukan itu, sama saja aku menyakiti diri sendiri dengan sebuah perasaan yang tak akan terbalas, mungkin. Aku malu dan aku sadar bahwasanya aku memang tak pantas untukmu. Aku sadar, aku sedang dipermainkan oleh perasaanku sendiri. Aku sadar aku telah menyakiti perasaanku. Menyakiti perasaan dengan cara menyukai lawan jenis yang (mungkin) bahkan dia tak ada rasa terhadapku. Sungguh miris jika mengingat fakta yang tercipta.

Beberapa minggu yang lalu, kau sering terlihat di hadapanku. Melakukan segala aktifitas bersama-sama. Menciptakan suasana nyaman bebarengan. Kamu tipe orang yang tidak tega terlebih jika itu menyangkut  dengan wanita. Kamu sungguh menghormati wanita yang ada disekitarmu. Itu yang aku suka. Dan juga, kamu tegas. Beruntung sekali wanita yang bisa mendapatkan hati dan pikiranmu. Namun, sebenarnya bukan itu. Ada hal besar yang mungkin banyak dilupakan oleh sebagian orang, mengingat adanya 'kesempurnaan' yang melekat pada diri seseorang tersebut. Saat kita tahu apa kelebihan dia, mampukah kita menerima kekurangan yang masih melekat pada diri dia? Belum mmapu bukan? Terlebih jika kita enginginkan sosok yang 'sangat sempurna'. Pasti akan sulit.

Sekarang, aku hanya mampu melihatmu dari jauh. Tak pernah lagi bebarengan, merasakan angin sore dan angin malam. Sudah tak pernah. Aku takut menyakiti perasaanku sendiri untuk kesekian kalinya. Mengapa? Karena aku tahu, kamu masih menyimpan rasa terhadapnya. Wanita pintar itu.

6 komentar:

  1. i know that :)
    emng mreka sek ada rasa a bes ?
    semangat

    BalasHapus
  2. nah loh ini siapaaaa? -_- emang km tau ta ini buat siapa? :p

    BalasHapus
  3. hayoo.. siapa bes?? eheemm kok kaya'nya aku tau.. hahaha

    BalasHapus
  4. ya tau lah bes ..
    mas ituu tu..

    BalasHapus
  5. waaah teman-teman saya kenapa jadi begini -_-

    BalasHapus

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)