Laman

Jumat, 22 Mei 2015

Ajakku Melantunkan Lagu Lagi

Dokumentasi Pribadi
Serasa baru kemarin aku melihatmu di salah satu sisi sebuah cafe. Menikmati secangkir cappucinno panas yang masih setia mengepulkan asap. Menghangatkan ruangan, menghangatkan tubuh, dan menghangatkan perasaan. Lalu kamu tersenyum dibalik kacamata hitam yang kamu kenakan setelah kamu menyesap minuman favorit jutaan umat itu. Senyum yang menyebabkan candu pada yang melihatmu.

Lalu kita mengenal satu sama lain. Uraian cerita masing-masing diantara keduanya melengkapi kekurangan yang ada. Membuat candu dan ingin menambah dan terus menambah. Entah apa yang kamu masukkan dalam kopiku ketika kita menghabiskan sore bersama di sudut cafĂ©. Yang membuatku tertagih denganmu.

Sering kali aku tersenyum tiap mendapati pesan singkat darimu. Tetapi kerap kali juga kamu membuat marah dan membuat kesal dengan semua ulahmu. Tapi lama kelamaan aku menginginkan itu kembali. Menginginkan kamu mencoba membuatku marah dan bertengkar membicarakan hal yang tak jelas dan tak tentu arah. Pertengkaran itu membuat candu. Menciptakan lagu-lagu baru pada kehidupan yang lama tak bersenandung diiringi melodi yang mendamaikan hati. Lagu nan indah yang ingin kudengar kembali. Lagu lawas yang ingin kudekap agar tak hilang di kemudian hari.

Serasa baru kemarin kita melempar sapa. Menuliskan prosa-prosa kehidupan yang layak untuk diabadikan pada sebuah buku. Serasa baru kemarin kamu membuatku bergejolak tak tentu arah. Serasa baru kemarin kamu berbicara tak ingin mengakhiri lagu-lagu yang kita lantunkan bersama. Serasa baru kemarin aku pergi dengan tak tahu dirinya lalu kembali dan ingin melantukan lagu lagi seperti lagu yang kerap kali kita lantunkan bersama petikan gitarmu.

Inginku (mungkin) hanya akan menjadi inginku. Besar kemungkinan tak akan tercipta.

Esok sudah akan memasuki bab-bab akhir kehidupan. Epilog sudah tercium baunya. Mungkin tak akan ada petikan gitar lagi. Tak akan ada lagu yang kita lantunkan berdua lagi. Tak akan ada melodi indah yang bisa didengarkan lagi. Tak akan ada sapa. Tak akan ada pertengkaran yang membuatku merindu lagi.

Berharap ketika esok yang kutakuti datang, aku terbangun dan mendapati kamu berada tak jauh dari ku. Bukan di sana, tempat yang tak bisa ku sentuh dengan usaha, keringat, dan do’a.

Sejujurnya aku tak ingin bergegas menyelesaikan perjalanan ini. Aku tak ingin menutup buku yang telah kita buka bersama. Aku hanya ingin membuka lembaran pertama lagi dan memperbaiki semua yang telah tertulis. Dan mengakhirinya dengan manis, bersama kamu.


1 komentar:

  1. Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!

    BalasHapus

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)