Laman

Selasa, 29 Desember 2015

Rindu

Bagiku, rindu itu seperti pengharapan. Pengharapan pada seseorang yang jauh di depan sana. Yang entah bisa digapai atau tidak. Yang entah bisa dipeluk untuk meluapkan luka atau tidak. Rindu, sesakit itukah ia hingga membuat orang berharap?

Bagiku, rindu adalah kekecewaan. Rindu pada ia, sedangkan ia tak membalas itu. Sedangkan ia sedang tertawan dengan bahagianya. Semengecewakan itukah ia yang bernama rindu?

Kamis, 03 Desember 2015

Hidup Tak Mau. Mati Pun Enggan.

Bagai senja yang lahir di pelupuk mata, aku menyukaimu seperti itu. Bagai senja yang beranjak menjadi pekat, ketakutanku seperti itu. Menjadi gelap. Menjadi kelam. Dan tercipta jarak. Jauh. Amat jauh. Hitam. Dan amat hitam. Kemudian lari terbirit-birit meninggalkan kegembiraan.

Tak mau mendekat karena takut. Tapi juga tak berani menjauh karena ketakutan yang sama. Seperti pohon kering yang tak mau beranjak untuk segera mati dan menggugurkan rantingnya atau layaknya pohon kering yang enggan untuk diramaikan kehidupannya dengan dedaunan lagi. Mau jatuh tak mau. Mau berdiri pun tak yakin. Ketakutan yang memuncak. Keberanian yang acap kali enggan untuk didirikan.

Dasar manusia! Tak yakin dengan dirinya sendiri. Maunya berjuang sekenanya. Maunya berkeinginan tinggi tapi tak mau merugi. Katanya mau berjuang tapi ada risiko tepat di depannya lalu mengundurkan diri. Maunya apa? Hidup tak mau. Mati pun enggan.