Laman

Sabtu, 15 September 2012

untaian do'a


Tik…
Tik…
Tik…
Bunyi hujan menghiasi tempat berteduhku. Jika hujan terjadi saat malam seperti ini, hal terindah yang dapat dilakukan adalah bermimpi di atas tempat tidur. Tempat paling nyaman.
Aku masih ingat, beberapa bulan yang lalu kau membawa harapan kecil namun sangat indah dan berharga. Kau menyembuhkan sakit yang kurasa. Luka yang sudah lama tak bisa terobati. Kau datang dan mengobatiku dengan keikhlasanamu.
Tuhan memang baik denganku. Tuhan memang selalu adil terhadap umatNya. Disaat aku sudah lelah mengharapkan seseorang, kau datang. Datang atas perintah Tuhan. Datang dengan do’a, keihklasan, perhatian, dan semuanya yang sangat ku butuhkan.
Ternyata aku makin cinta
Cinta sama kamu
Hanya kamu seorang kasihku
Tak mau yang lain
Hanya sama kamu
Kamu yang terakhir yang ku cinta

Rabu, 12 September 2012

240712

24 Juli 2012. Tanggal dimana aku dan keluargaku kehilangan seseorang yang sangat berharga. Sampai kapanpun beliau sangat berharga untukku dan untuk keluargaku. Kepergian beliau dapat meruntuhkan kekuatan tembok seseorang. Banyak orang yang meneteskan air mata akibat kepergian yang tak pernah disangka sebelumnya. Bapak, seseorang yang terkenal sangat cuek namun tetap mempunyai sisi kebaikan-kebaikan yang lain. Untuk pertama kalinya aku melihat beliau menangis. Beliau menangis sejadi-jadinya akibat seseorang yang mendampinginya pergi secara perlahan. 7 hari kemoterapi tidak dapat menghilangkan sel-sel jahat yang sudah tertanam dalam tubuhnya. Malah mereka semakin ganas. Beberapa bulan juga kami sudah berusaha untuk kesembuhannya. Mulai dari mencari bayam merah, sarang semut, buah merah, dan yang lainnya. Istilahnya mereka adalah obat alami untuk penyakit yang diderita oleh seseornag yang sangat aku sayangi itu. Untuk mencari bahan-bahan itupun juga tak mudah. Terlebih lagi sarang semut dan buah merah.

Pagi, siang, sore, dan malam kami bergantian untuk menjaganya. Leukimia. Itulah sahabat beliau yang beberapa bulan ini melekat dalam dirinya. Kami tak pernah menyangka ternyata penyakit itulah yang ternyata melekat dalam tubuhnya. Kami kira beliau hanya terlalu lelah dengan segala kegiatan yang sehari-harinya beliau jalani.

bangkit!


“Enak ya kamu udah dapet sekolah baru. Jadi gak bingung lagi kayak aku.”
“Alhamdulillah.” Jawabku sekenanya.
“Aku udah gak kuat. Aku udah daftar SNMPTN Undangan ternyata ditolak. Aku juga udah ikut tes SNMPTN Tulis, dan malangnya aku ditolak lagi. Nasib nasib.” Lanjutnya tanpa menghiraukan jawabanku yang hanya satu kata tersebut.
Setelah dia, Cindy, berkata seperti itu, aku hanya diam. Mulutku mati, tapi hati dan telingaku sebenarnya hidup. Aku masih menyimak lantunan yang sejak tadi keluar dari mulutnya. Aku diam bukan berarti aku meremehkan apa yang dia bicarakan tapi lebih karena belum saatnya aku berbicara.
“Aku udah gak kuat banget, Des. Rasanya semangatku buat cari sekolah lagi udah gak ada. Aku udah kecewa sama keadaan.” Raut wajahnya menunjukkan beban yang semakin lama semakin berat. Padahal aku berharap setelah dia bercerita, bebannya semakin berkurang walau hanya sedikit.

ada yang berbeda


Cklek.
Mataku langsung terbuka. Aku tahu siapa yang baru saja membuka pintu kamarku, walaupun mataku masih terpejam.  Hanya beliaulah yang dapat membangunkanku dengan hal ini.
“Mbak, cepet bangun. Udah waktunya sholat shubuh. Udah gede kok bangun sendiri aja gak bisa.”
“Iya buk.” Jawabku pendek. Aku bergegas bebersih diri dan mengambil air wudhu. Kalau tak begitu bukan hanya waktu yang meninggalkanku tapi juga aku akan dapat hadiah dari ibu. Hadiah yang sangat tak menarik tentunya.
“Mbak, nanti habis nganter ibu kamu masak kepiting ya buat adek. Ibu tadi kesiangan jadi gak sempat masak.” Begitu kata ibu setelah aku selesai memberi sapaan pagi untuk Tuhan.
“Aduh, ibu ini. Bikin males aja. Capek tahu habis nganter ibu ke Bungurasih terus masak. Iya kalo terminalnya deket. Ini jauh men. Hhhh.”  Batinku setelah mendapat perintah darinya.
****
Sesungguhnya setiap anak pasti menyayangi orang tuanya. Sangat menyayangi mereka terutama ibu dari masing-masing melebihi apapun yang ada di dunia ini. Tapi sering kali hati dan keinginan tak pernah jalan beriringan. Sering kali mereka berjalan berlawanan. Pun denganku. Seorang anak yang sampai saat ini hanya bisa merepotkan orang tua, mau dimengerti oleh mereka namun tak mau mengerti mereka.

Jumat, 07 September 2012

adakah cinta pada pandangan pertama ?


Adakah cinta pada pandangan pertama? Atau itu semata-mata hanya perasaan suka yang tak perlu mendapatkan balasan? Jika memang ya, apa yang sebaiknya dilakukan dengan perasaan yang mulai terpatri dihati? Mendekatinya dengan segala daya upaya atau menjauhinya dalam arti memendam rasa dan hanya melihatnya dari belakang? Sudah cukupkah itu dilakukan? Akankah seseorang dapat melupakannya dalam waktu yang sangat singkat? Aku rasa tidak. Kalaupun YA, jujur aku tak mau dan akupun tak mampu.

Aku tahu, kita sama-sama belum saling mengenal tapi itu tidak menutup kemungkinan untuk mendekatkan sebuah hubungan yang belum terlahir. Aku tak mau menghapus cerita yang baru saja dilukiskan oleh Tuhan. Aku ingin mempertahankan semua itu dan kalau bisa aku ingin merubah lukisan itu dengan caraku. Aku ingin dekat denganmu. Itu.