Laman

Tampilkan postingan dengan label Coretan Fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Coretan Fiksi. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 April 2015

Namaku Sepi

Jepretan Sendiri

Aku enggan kembali. Aku tak mau pergi dari kenyamanan. Aku ingin menetap. Aku malas untuk maju atau mundur. Aku ingin di sini. Bersama dia, seseorang yang telah lama terbelenggu akan diriku. Melihatnya, aku tak mau pergi. Karena jika aku pergi, dia pasti akan sendiri. Tak ada yang menjaga. Tak ada yang menemani.

Kau tahu? Ia suka sekali menunggu. Entah konsep apa yang ada dalam otaknya sehingga membuatnya menyukai hal yang menyebalkan bagi kebanyakan orang itu. Mungkin otaknya sedang sekarat atau kesemutan. Sehingga sulit untuk dipergunakan secara normal. Atau mungkin dia malah telah kehilangan otaknya? Entahlah.


Sabtu, 05 Januari 2013

terakhir I


"Pia, kamu ada duit?"

"Ada, Sia. Kenapa emangnya?"

"Aku pinjem!"

"Buat apa?"

"Gak usah tanya-tanya. Sekarang mana duitnya? Cepet!"

Mau tak mau Pia mengeluarkan uang kertas berwarna merah sebanyak 5 lembar. Dia sedikit berat hati saat memberikan uang itu. Pia takut uang hasil jerih payahnya sebagai penulis digunakan untuk hal-hal yang tidak baik oleh sahabatnya, Siahaya. Tapi melihat sahabatnya yang begitu membutuhkan uang, dia menjadi tak tega. Pia harus memberikan uang itu.

Saat Pia akan bertanya lagi untuk apa uang itu, ternyata Sia langsung meninggalkannya. Meninggalkan sahabatnya yang duduk di bawah lampu temaram senja dengan berbagai pertanyaan yang mulai muncul. Pertanyaan yang tidak diketahui apa jawabannya dan kapan jawaban itu bisa ditemukan.

"Ada perasaan aneh disini." Pia menunjuk hatinya. "Semoga ini hanya perasaanku. Semoga feeling yang selalu benar itu untuk sementara hilang. Aku tak mau terjadi hal tidak baik pada sahabatku." Lanjutnya.

***
Sejak peristiwa minggu sore itu, Pia merasa ada yang berbeda dengan Sia. Hampir satu tahun mereka tak bertatap muka. Pia sedikit tidak mengerti dengan perubahan Sia. Dia mulai mencari informasi pada teman-teman lama.

Selasa, 05 Juni 2012

bertemu tapi tak menemui


“Kadang pertemuan pertama adalah awal dari sebuah perpisahan.”

-Senja, GOR Premier-
                “Hei La, aku panggilin Yoda ya?” Tawarnya kala itu dengan sebuah cengiran.
                “Engga deh, makasih. Aku Cuma mau nemenin dia buat ketemu sama kamu.” Jawabnya sambil menunjuk ke arah kiri, Cindy.
                “Beneran nih? Kebetulan dia sekarang lagi latihan. Jarang-jarang bisa ketemu sama atlet terkenal kayak dia lho.”
                “Beneran gak usah. Kapan-kapan kan juga pasti bisa ketemu lagi. Aku juga gak mau ganggu dia latihan.” Ujarnya walau dalam hati sebenarnya dia sangat mengharap calon pertemuan pertama itu.
                Sudah hampir satu tahun Cindy berkenalan dengan cowok yang bernama Yoda itu. Dan, sudah hampir 3 bulan ini dia memiliki perasaan yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata yang biasa. Walaupun mereka belum pernah bertemu,Cindy meresa sangat cocok dengan cowok berbadan tegap dan tinggi itu. Dia baik, dia perhatian, dia pintar memainkan shuttlecock, dan dia segalanya.
                Dia menolak dipertemukan bukan karena dia tak mau bertemu. Melainkan karena dia tak mau pertemuan pertama itu akan berujung pada perpisahan. Ketakutan itu selalu menghantui dirinya.
                Detik demi detik tetap mereka lalui bersama handphone di tangan masing-masing. Ya, hanya benda mati itulah yang dapat mereka gunakan untuk saling berbagi satu sama lain.