Hai.
Ah, begitu sulitnya menyapamu
dengan kalimat yang panjang. Lagi-lagi sekadar “hai”. Mungkin ada kesalahan
pada mulut, lidah, tenggorokan atau apalah itu. Rasanya mereka tak mau berdamai
untuk membahagiakan pemiliknya. Sepertinya mereka sedang beradu satu sama lain dan
ketiganya tak mau mengalah. Lupakanlah itu. Aku hanya ingin bercerita kepada
kamu, Tuan penyuka warna hitam.
Tuan yang suka bermain futsal,
ternyata begitu lama aku tak menulis tentangmu. 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan. Mmm,
sepertinya lebih dari itu. Jika kuhitung-hitung lagi ternyata sekitar 7 bulan. Begitu
lama, Tuan. Entah apa saja yang membuatku lupa dan berjalan sedemikian rupa.
Tuan yang sedang suka naik
gunung, lihatlah. Tak ada lagi hujan
yang turun di pagi, siang, bahkan malam hari. Tak ada lagi geledek yang membuat
telinga serasa hancur ditengah panasnya hawa Surabaya. Semua itu tak ada lagi,
Tuan.
Sebagaimana berjalan mencapai
tujuan, aku mampu melakukannya dengan baik. Walau terkadang harus ada sesuatu
yang membantuku berjalan. Walau terkadang aku harus jatuh lalu kemudian bangkit
lagi. Jatuh, bangkit, jatuh, dan bangkit lagi. Terus seperti itu hingga aku
mampu berjalan agak lama dari sebelumnya. Aku melakukan itu, Tuan penggila
Juventus. Melakukan hal yang seharusnya kulakukan denganmu. Tapi aku tahu, tak ada
lagi kamu yang membantuku berjalan di bawah siraman hangat matahari pagi maupun
senja yang terkadang mengiris hati.
Begitulah ceritaku, Tuan yang
pandai bermain gitar.
Ah, sebentar. Satu lagi. Aku hanya
ingin mengucapkan apa-apa yang mungkin tak terucap hari kemarin. Apa-apa yang
tak tersampaikan kepada kamu secara langsung maupun tak langsung. Terima kasih
untuk waktu sekian bulannya. Walau sebentar tapi begitu berarti. Walau sebentar
tapi aku masih bisa mengenangnya dengan waktu yang tak sebentar. Terima kasih
untuk setiap kenangan yang kamu berikan. Pada setiap barisan kota di Jawa
Timur, pada barisan kota besar di pulau Jawa, pada setiap sapa pagimu yang
membuat semangatku melepuh untuk menjalani hari. Aku memang tak sempurna,
maafkan ketidaksempurnaanku ketika bersamamu dulu. Terima kasih untuk dentingan
jam yang kamu berikan untuk orang yang tak sempurna mengertimu, sepertiku.
Selamat menjalani harimu, Tuan.
Semoga lebih manis dari apa yang
pernah kita rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)