Sumber |
Malam
ini langit tak seperti langit kemarin. Tak seperti pula langit kemarinnya lagi.
Begitu pula seterusnya. Pun awan juga tak seperti kemarin. Hari ini awan
seperti ingin menangis. Menahan pedih, entah dia memikirkan apa. Entah apa yang
dia pendam. Apakah sebenarnya dia ingin menangis? Tapi tak ada bahu sebagai
penyangga?
Malam
ini masih seperti malam kemarin. Sudah lama tak sepaham seperti permulaan
kemarin di bawah keramaian rintik hujan. Malam ini wanita hujan di bawah
kepekatan cahaya langit tertunduk lemah. Kemarin pun juga. Dia pekat seperti
awan. Ingin menangis tapi tak tahu harus menangisi siapa lagi. Untuk apa dia
menangis lagi. Apa guna lelah memikul ribuan tangis yang tak dapat disampaikan?
Kau yang
pernah dibutuhkan sejak hujan beberapa waktu yang lalu sekarang tak (bisa) dibutuhkan
lagi. Tahukah kau? Dia memikul tangis dan rindu yang tak dapat ditumpahkan
kepadamu. Pikulan itu terasa berat saat kamu ternyata tak dapat memikul rindu
bersama-sama lagi. Siapa kamu? Siapa dia? Dia dan kamu sudah tak sama lagi
seperti aroma tanah hujan kemarin sore.