Dokumentasi Pribadi |
Nyanyian bersama ingin
menciptakan cerita hidup yang tidak biasa bagi sebagian orang. Menginginkan untuk
menciptakan kehidupan berdua yang begitu menyenangkan. Kelak, beberapa tahun
kemudian. Inginnya seperti demikian.
Kamu ke kanan, aku mengikutimu.
Kamu ke kiri, aku pun
mengikutimu.
Kemanapun arahmu beranjak, pasti
aku di belakangmu.
Apa aku kecewa dengan hal-hal
yang pernah aku perjuangkan untukmu? Sedikit. Ah, sebentar. Akan aku jelaskan.
Ini bukan perihal ikhlas atau tak
ikhlas. Bukan pula perihal cinta atau tak cinta. Bukan juga perihal aku
memilihmu dan kamu memilihku. Wajar bukan jika seseorang mengalami kekecewaan
terhadap apa atau siapa yang memang mengecewakannya? Tak seperti ekspektasi
yang diinginkan. Atau mungkin tidak sebanding dengan apa atau siapa yang sudah
diperjuangkan.
Kamu memanglah tetap kamu yang
tak akan pernah berubah karena adanya aku. Tak perlulah aku bermimpi yang
indah, jika kamu masih bersama dalam kehidupanku setiap harinya. Masih ada
senyum itu yang melekat pada bibir merahmu. Masih ada gelak tawa yang mampu
menyebarkan tawa.
Masa itu, ketika aku dan kamu
masih bersama.
Masih ingat bagaimana caramu
menikmati setiap sepersekian detik untuk seseorang yang sempat kamu perjuangkan?
Rasanya begitu tak biasa. Kesenangan yang sepertinya patut disyukuri walau
semua telah berlalu.
Sakit atau tidaknya luka, pasti
akan dapat pembelajaran dari sana. Kamu ataupun aku adalah proses untuk
masing-masing diantara kita agar menjadi lebih dewasa, untuk memaknai sebuah
kehidupan; perjuangan, bersyukur, ataupun kesakitan. Kamu ataupun aku adalah
sebuah jalan untuk mendekati kesempurnaan. Kamu ataupun aku adalah jalan yang
ditunjukkan Tuhan untuk kehidupan kita, nantinya.
Tuan, ingatkan aku untuk tidak
menunggumu lagi. Di depan pintu maupun di belakang pintu. Ingatkan lagi, tak
ada lagi tutur manis seperti yang pernah kita utarakan beberapa waktu yang
lalu. Biarlah semua berjalan kembali seperti awal mulanya, ketika aku atau kamu
tak saling bergantungan.
Tuan, kehidupan telah menanti
kita di depan. Kamu dengan masa depanmu. Juga aku dengan masa depanku.
Tuan di masa remajaku, terima kasih
sempat menyediakan ruang di bagian hati terkecilmu. Terima kasih untuk setiap kesempatan
dan waktu yang sempat aku dan kamu berikan dan luangkan untuk kita. Terima
kasih pula karena aku ataupun kamu dapat berjuang dan berusaha sesuai takaran
masing-masing untuk kita.
Kenyataannya memang cinta tak
harus memiliki sampai waktu yang kita inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.
And thanks for your visiting! :)