Laman

Rabu, 24 Juli 2013

Bahagialah Disana, Aku Sangat Merindukanmu

I found here
Semua orang tahu hari ini tanggal 24 Juli 2013. Aku cukup mengingat tanggal ini dan tak akan melupakan cerita dibaliknya. Sebab satu sayap telah hilang dan tak akan kembali dari kehidupanku tepat setahun yang lalu. Tak akan ku lupa dan tetap akan ku kenang. Sepanjang hidup karena dia adalah bagian dari nadiku.

Bersyukurlah sayap itu masih bisa kalian sentuh. Atau paling tidak kalian masih bisa melihatnya dari jarak sedemikian rupa. Berbeda denganku, aku sudah tak mampu melihat apalagi menyentuh sayap itu. Aku hanya mampu mengingat sayap yang telah patah. Sayap itu tak akan pernah kembali ke dunia ini. Sayap yang ku maksud adalah ibuku. Wanita hebat yang telah memperjuangkanku, yang telah mendidikku, yang mampu membuatku menunduk karena semua kesalahan yang telah ku perbuat, yang mampu menangis saat beliau marah, yang mencari saat beliau tak kunjung pulang dari tempat kerjanya, yang menanti masakan-masakannya terhidang di meja makan.

Aku sudah tak bisa mengalami hal-hal sederhana itu. Begitu sederhana hingga sebagian orang mungkin sudah lupa. Saat ini, kalian masih bisa menikmati semua masakan-masakan ibu bukan? Aku tidak! Saat kalian pulang sekolah atau kuliah, ibu pasti sudah menunggu di rumah, sedang duduk manis atau mungkin sudah tertidur di kamarnya bukan? Aku tidak! Saat ibu meminta menjemputnya di tempat kerja, kalian mungkin akan mengeluh karena mengganggu kegiatanmu bukan? Aku tidak! Aku sudah tidak bisa mengeluh lagi karena beliau sudah pergi. Pergi bukan untuk kembali.

Aku bukan bermaksud untuk menggurui kalian. Aku hanya ingin kita semua mengenang. Aku hanya ingin kalian tak melewatkan waktu sedikitpun untuk ibu kalian. Bersenda gurau bersama. Menghabiskan waktu sore bersama. Bercerita mengenai tugas-tugas sekolah atau kuliah yang semakin lama semakin menumpuk. Sederhana, tapi kalau beliau sudah pulang begitu menyakitkan sebab kita sudah tak mampu lagi untuk menikmati semua kesederhanaan itu.

Pernah suatu khayalan mendekatiku. Menemuiku dan rasanya membuatku ingin menangis. Saat ini aku masih berada di semester dua Teknik Telekomunikasi – PENS. Artinya, aku sudah melewati masa-masa menjadi mahasiswa baru atau lebih sering disebut MABA. Kegiatan menjadi MABA bagiku tak sedikit, terlebih lagi jika berada di Program Studi tempatku mengais ilmu. Bukan hanya itu, tapi juga kegiatan-kegiatan lain di luar Akademik, seperti kesibukan di UKM maupun Komunitas. Jika ibu masih ada, beliau akan berkata apa? Beliau akan berbuat apa saat mengetahui putrinya sering pulang malam karena mengerjakan tugas dan mengikuti berbagai kegiatan? Akankah ibu marah? Akankah ibu memberhentikan semua kegiatanku secara paksa? Ataukah ibu akan menyuruhku berhenti mengikuti UKM Bulu Tangkis? Semua kemungkinan itu sempat terlintas di pikiranku. Semua kemungkinan itu membuatku rindu dengan sifat-sifatnya. Dan tentunya, membuatku sangat rindu.

IPK semester pertamaku tentunya sudah keluar. Sedangkan IPK semester kedua belum keluar. Mengetahui berapa IPK semester pertama dan keduaku, ibu akan menanggapi seperti apa? Akankah marah dan merasa tak puas dengan hasil jerih payahku atau akan mengusap punggungku dan membangkitkan semangatku? Dan tentunya aku tahu jawabannya, aku tak akan mendapat jawaban dari kedua kemungkinan itu. Kalian? Kalian masih mampu mendapatkan jawaban dari kedua kemungkinan itu. Sederhana bukan? Tapi kalau sudah tak merasakan kemungkinan-kemungkinan bersama ibu, namanya bukan sederhana lagi. Tapi menyakitkan.
Kemungkinan baik atau buruk yang akan kita dapat, seharusnya kita tetap mensyukurinya. Setidaknya masih mendapat satu diantara beberapa kemungkinan. Bukan sepertiku, yang tak akan mendapat satu dari beberapa kemungkinan tersebut.

Tepat satu tahun sudah ibuku pulang. Beliau tak akan pernah kembali. Aku hanya bisa menatap semua foto-foto dan menatap nisannya. Bukan menyentuhnya secara fisik. Tapi mungkin berbeda dengan kalian. Kalian masih mampu untuk menyentuhnya. Masih mampu mencium dan memeluknya, masih mampu untuk memberikan salam saat akan berangkat sekolah ataupun kuliah, masih mampu menikmati semua masakan-masakannya, masih mammpu mengantarkannya berbelanja, masih mampu mengantarkannya pergi kerja, dan ‘masih-masih’ yang lain. Maka dari itu, gunakan kesempatan yang ada agar lebih dekat dengan bidadari tak bersayap itu, agar mampu membuatnya tersenyum, agar mampu membuatnya bahagia tanpa nestapa.

Ibu, aku masih ingin memelukmu. Aku sangat ingin menciummu. Aku ingin lebih dekat denganmu. Masih sanggupkah waktu terulang kembali? Sepertinya tidak. Aku disini hanya mampu mengenang semua hal sederhana yang sudah kita lewati. Semoga do’a-do’aku selalu tersampaikan untukmu. Aku sangat menyayangimu, Ibu. Bahagialah disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan jejak sesuai cerita diatas. Semoga bermanfaat.

And thanks for your visiting! :)